FGD Kesbangpol Mimika menggugah kesadaran ASN bahwa bela negara bukan sekadar slogan, tetapi tindakan nyata yang hidup di setiap meja kerja.
TIMIKA, [LINTASTIMOR.ID] — Di ruang pertemuan sederhana Kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Mimika, Jumat pagi (24/10/2025), suara diskusi terdengar hangat. Tak ada barisan seragam militer, tak ada yel-yel patriotik. Yang hadir adalah para Aparatur Sipil Negara (ASN) — mereka yang setiap hari menjaga jalannya roda pemerintahan — kali ini diajak menafsirkan ulang makna bela negara.
Cahaya lembut menembus jendela, memantul di wajah-wajah serius yang tengah menyimak paparan. Topiknya tak biasa: bagaimana ASN, lewat pekerjaan sehari-hari, dapat menjadi bagian dari pertahanan moral dan ideologis bangsa.
“Kita ingin ASN memahami bahwa bela negara itu bukan hanya konsep abstrak, tetapi tindakan nyata yang bisa dilakukan dalam pekerjaan sehari-hari,”
— Yang Selamat Purba, Kepala Kesbangpol Mimika.
Dari Seragam Militer ke Kemeja Pegawai
Istilah bela negara sering kali identik dengan dunia militer — barak, senjata, dan latihan baris-berbaris. Namun, Kesbangpol Mimika ingin menegaskan bahwa nilai itu sejatinya melekat di setiap warga, terlebih ASN.
Dalam Focus Group Discussion (FGD) tersebut, para peserta diajak untuk memetakan kembali arti bela negara di tengah birokrasi: bagaimana kejujuran dalam melayani publik, kedisiplinan, dan semangat antikorupsi juga bagian dari membela negeri.
Suasana FGD terasa cair, namun penuh makna. Beberapa ASN mengangkat tangan, berbagi pengalaman mereka menjaga netralitas, menghadapi tekanan politik, hingga menjaga etika publik di era digital.
“ASN adalah wajah negara di mata rakyat. Ketika ASN bekerja dengan integritas, itulah bentuk paling nyata dari bela negara,”
ujar salah satu peserta, yang diamini oleh seluruh ruangan.
Menjaga Api di Tengah Rutinitas
FGD ini bukan kegiatan seremonial biasa. Bagi Kesbangpol, forum ini menjadi ruang refleksi kolektif di tengah derasnya arus pragmatisme birokrasi.
Yang Selamat Purba, yang dikenal sebagai birokrat dengan gaya komunikasi tenang namun visioner, menegaskan bahwa revitalisasi bela negara di Mimika harus menyentuh kesadaran batin aparatur.
“Bela negara bukan tentang siapa yang paling lantang berteriak cinta tanah air, tapi siapa yang paling konsisten bekerja untuk rakyat,”
katanya lirih namun penuh makna.
Ia berharap ASN mampu menjadi pelindung nilai-nilai kebangsaan di tengah ancaman disinformasi, politik uang, dan menurunnya moralitas publik.
Revitalisasi: Dari Kesadaran ke Gerakan
Dalam diskusi itu, muncul gagasan konkret: program Bela Negara ASN Mimika akan diarahkan menjadi gerakan berkelanjutan, bukan sekadar pelatihan tahunan. Setiap OPD nantinya diminta membangun budaya kerja yang merefleksikan nilai-nilai Pancasila dan semangat pengabdian.
Dari forum itu juga lahir ide sederhana namun kuat — agar setiap ASN menjadi “penjaga harmoni” di lingkungan masing-masing, menolak hoaks, menanamkan toleransi, dan memperkuat rasa persaudaraan lintas suku serta agama.
“Kita hidup di tanah yang kaya keberagaman. Tugas ASN bukan hanya melayani, tapi juga merawat persatuan,”
ujar Purba, diiringi tepuk tangan peserta.
Mimika dan Makna Bela Negara Hari Ini
Mimika, tanah yang tumbuh dari keberagaman dan dinamika industri, menjadi tempat ideal untuk menafsirkan kembali bela negara secara modern. Di sini, cinta tanah air tidak diukur dari seragam, tapi dari dedikasi. Dari cara seorang ASN menulis laporan dengan jujur, melayani dengan hati, dan menolak segala bentuk penyimpangan kecil.
FGD itu menutup siang dengan suasana reflektif. Beberapa peserta menatap bendera merah putih yang tergantung di pojok ruangan — sederhana, tapi bermakna. Mereka seolah baru menyadari: membela negara bisa dimulai dari hal-hal kecil, bahkan dari meja kerja sendiri.
