TIMIKA | LINTASTIMOR.ID| – Suara dari Perbatasan untuk Dunia
Di pagi Senin (22/9/2025) yang teduh di Lapangan Kantor Pusat Pemerintahan SP 3, Wakil Bupati Mimika Emanuel Kemong berdiri tegak di hadapan para ASN. Suaranya tenang, namun sarat makna. Ia menyingkap sebuah fenomena yang selama ini menggelisahkan: pegawai negeri yang datang langsung meminta jabatan.
“Mereka minta kepada kami, kasih jabatan.
Pak, saya sudah memenuhi syarat.
Bisakah saya pindah dari sini ke sana,
atau siap menjadi kepala OPD,”
ujar Kemong, dengan nada heran.
Menurutnya, jabatan tidak bisa dipetik begitu saja, seperti buah yang jatuh dari dahan. Ada aturan, ada syarat golongan, ada proses seleksi, dan yang tak kalah penting: ada rekam jejak prestasi.
“Jabatan itu kan ada aturan, ada sebuah proses.
Kalau golongan sudah memenuhi syarat, baru bisa naik.
Tapi jangan lupa, selain golongan, ada kriteria lain—
aturan tertulis dan aturan tidak tertulis,”
tegas Wakil Bupati Mimika.
Lebih jauh, ia menyoroti fenomena pegawai yang menempel pada pimpinan hanya demi kepentingan pribadi. Padahal, katanya, loyalitas seharusnya lahir dari ketulusan, bukan dari kalkulasi.
“Tujuannya berbeda.
Kalau pimpinan ikut kegiatan penting,
yang di bawah hanya cek-cek saja.
Yang jujur saja, jangan sembunyi-sembunyi,”
sindirnya lirih namun menusuk.
Tak hanya soal jabatan, Kemong juga menegaskan pentingnya disiplin dan kerapian, dari ujung kepala hingga kaki.
“Saya ingatkan lagi masalah disiplin.
Kerapihan kita mulai dari kepala sampai sepatu.
Dari topi sampai di kaki,
itu cermin diri seorang ASN,”
tuturnya menutup pesan.
Melalui pernyataan ini, Wakil Bupati Mimika mengingatkan: jabatan adalah amanah, bukan hadiah. Ia hanya pantas disandang oleh mereka yang bekerja dengan dedikasi, disiplin, dan prestasi—bukan oleh mereka yang sekadar berani meminta.