Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
Gaya HidupNasionalPeristiwaPolkam

Uskup Atambua Pimpin Misa Syukur HUT RI ke-80: “Hidup Sebagai Orang Merdeka”

50
×

Uskup Atambua Pimpin Misa Syukur HUT RI ke-80: “Hidup Sebagai Orang Merdeka”

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

ATAMBUA |LINTASTIMOR.ID) – Dalam suasana penuh khidmat, lonceng Gereja Katedral Atambua berdentang, menandai awal Perayaan Misa Syukur Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, Sabtu (16/8/2025). Uskup Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku, Pr, memimpin perayaan dengan tema mendalam: “Hidup Sebagai Orang Merdeka.”

Ratusan umat dari berbagai kalangan, mulai dari pejabat pemerintahan, tokoh gereja, hingga pelajar, larut dalam doa syukur. Hadir Bupati Belu, Willybrodus Lay, SH, Wakil Bupati Belu, Vicente Hornai Gonsalves, ST, jajaran Forkopimda, Staf Ahli TP PKK Kabupaten Belu, Konsulat Timor Leste di Atambua, para pimpinan OPD, biarawan-biarawati, dan masyarakat yang memenuhi bangku-bangku katedral.

Example 300x600

Dalam homilinya, Uskup Dominikus menekankan bahwa kemerdekaan bukan hanya milik bangsa di atas kertas sejarah, melainkan harus dihidupi dalam keseharian umat.
“Hidup sebagai orang merdeka berarti bebas dari kebencian, bebas dari egoisme, dan berani mengulurkan tangan bagi sesama. Inilah wujud nyata syukur atas kemerdekaan yang kita rayakan hari ini,” ujarnya dengan suara lembut namun penuh daya, yang menggema di ruang kudus katedral.

Perayaan Ekaristi berlangsung khusyuk, diiringi lantunan paduan suara yang mengalun bagai doa yang menembus langit Atambua. Wajah-wajah umat tampak teduh, seakan meresapi pesan bahwa kemerdekaan adalah anugerah sekaligus tanggung jawab.

Bupati Belu, Willybrodus Lay, usai perayaan menuturkan bahwa momen doa bersama ini menjadi pengingat untuk meneguhkan semangat persaudaraan.
“Kita belajar dari sejarah, bahwa kemerdekaan lahir dari pengorbanan. Maka tugas kita hari ini adalah menjaga persatuan dan menghidupi nilai-nilai kebangsaan di tanah perbatasan ini,” katanya.

Di halaman gereja, bendera merah putih berkibar anggun, diterpa angin sore Atambua. Anak-anak sekolah dengan seragam rapi berdiri berbaris, wajah mereka berseri seolah merefleksikan harapan akan masa depan yang lebih terang.

Misa syukur ini tidak hanya menjadi perayaan rohani, tetapi juga simbol persaudaraan lintas batas, yang menghubungkan rakyat Indonesia dan Timor Leste dalam ikatan sejarah dan budaya.

Di perbatasan ini, doa dan harapan menyatu: agar kemerdekaan terus bersemi, tidak hanya dalam simbol, tetapi dalam hidup sehari-hari—sebagai orang yang benar-benar merdeka.


 

Example 300250
Penulis: Redaksi Lintastimor.idEditor: Agustinus Bobe