Laporan Khusus – Lintastimor.id | Suara dari Perbatasan untuk Dunia
Di bawah langit pagi Atambua yang teduh, roda-roda tangan mulai berputar dari halaman Kantor Bupati Belu. Suara semangat menyatu dengan deru angin perbatasan, mengiringi langkah awal sebuah perjalanan lintas negara: Tour Para Cycling Internasional Atambua–Dili 2025.
Acara yang digagas untuk mempererat persahabatan dan menumbuhkan semangat inklusivitas ini resmi dilepas oleh Bupati Belu, Willybrodus Lay, SH, Selasa (11/11/2025). Pesertanya istimewa: para pesepeda difabel dari berbagai negara—termasuk Kanada—yang menempuh rute menantang menuju ibu kota Timor Leste.
“Kita patut bersyukur, karena meskipun para peserta memiliki keterbatasan fisik, semangat mereka jauh lebih kuat. Ada yang berusia 71 tahun, 61 tahun, namun tetap penuh daya juang. Ini teladan bagi kita yang muda dan sehat, agar lebih bersemangat menjalani hidup dan berkarya,” ujar Bupati Willybrodus Lay dengan nada haru dan bangga.
Semangat dari Perbatasan
Momentum ini tidak sekadar olahraga. Di wilayah yang menjadi simpul diplomasi Indonesia–Timor Leste, kegiatan tersebut menjelma menjadi pesan universal: bahwa batas negara tidak boleh membatasi kemanusiaan.
“Kegiatan ini bukan hanya ajang olahraga, tetapi simbol persahabatan antara Kanada, Indonesia, dan Timor Leste. Kami berharap dapat menjadi event tahunan dan semakin banyak peserta yang terlibat di tahun-tahun berikutnya,” tambah Bupati Lay.
Para peserta, sebagian di antaranya menggunakan handcycle atau sepeda tangan, tampak tersenyum dan saling menyemangati. Dari balik helm dan sarung tangan, terpancar tekad untuk menaklukkan perjalanan jauh di bawah terik perbatasan.
Dari Kanada untuk Nusantara
Perwakilan panitia asal Kanada, Rodney (Rohtmi), mengaku terkesan dengan sambutan masyarakat Belu yang hangat dan bersahabat.
“Terima kasih kepada Bupati Belu yang telah memberikan dukungan penuh. Kami berharap kegiatan ini menjadi momentum untuk memperkenalkan Belu sebagai daerah yang terbuka bagi kolaborasi, pariwisata, dan persahabatan internasional,” ujarnya.
Bagi Rodney dan rekan-rekannya, perbatasan bukanlah akhir jalan, melainkan awal dari kisah kemanusiaan yang menyatukan bangsa.
Simbol Ketangguhan dan Harapan
Acara pelepasan berlangsung meriah, dihadiri oleh Dekan UNHAN Mben Mboi, unsur Forkopimda Kabupaten Belu, Konsulat Timor Leste di Atambua, Kepala PLBN Motaain, para pimpinan instansi vertikal, BUMN dan BUMD, serta masyarakat yang antusias menyaksikan.
Dari Atambua, para peserta mengayuh roda-roda kecil mereka melintasi jalan berliku menuju Dili. Setiap kayuhan bukan hanya perjuangan pribadi, tetapi perayaan atas keberanian melampaui keterbatasan.
Dalam hening yang mengiringi pelepasan itu, satu pesan menggema di udara perbatasan:
bahwa dari tanah kecil di ujung Timur Nusantara, semangat besar tentang persahabatan tanpa batas terus bergerak—menembus jarak, menembus keterbatasan, dan menembus dunia.
LINTASTIMOR.ID
Suara dari Perbatasan untuk Dunia
















