TIMIKA, [LINTASTIMOR.ID] — Di balik seekor babi kecil yang diserahkan pemerintah, terselip harapan besar bagi banyak keluarga. Namun harapan itu, menurut Anggota DPRK Mimika dari Partai Perindo, Rampeani Rachman, tidak boleh ditinggal sendirian. Bantuan ternak harus ditemani, dipandu, dan dirawat, agar bisa tumbuh menjadi mata pencaharian yang lestari, bukan sekadar janji yang pupus.
“Pengadaan bibit babi adalah langkah baik, bahkan bisa jadi berkah, jika dibarengi dengan pendampingan. Tapi jika bantuan itu hanya diberi lalu ditinggalkan, maka kita sedang bermain-main dengan harapan rakyat,” ucap Rampeani, dengan nada tenang namun penuh makna.
Baginya, bantuan ternak bukan sekadar seremonial. Ia adalah investasi sosial dan ekonomi yang membutuhkan pengawasan, perhatian, dan pelatihan. Pemerintah, katanya, punya kewajiban lebih dari sekadar memberi: mereka harus mendampingi proses pemeliharaan hingga penjualan.
“Ini bukan tentang satu atau dua ekor babi. Ini tentang ekonomi keluarga. Tentang dapur yang bisa tetap mengepul. Dengan harga babi yang sedang tinggi di pasaran, ini adalah momentum emas bagi peternak, apalagi mereka yang sudah terdaftar,” ujar Rampeani.
Ia menekankan bahwa peran Dinas Peternakan tidak boleh sebatas pengadaan. Mereka harus hadir dalam proses pemasaran, agar peternak tahu ke mana hasil jerih payahnya dijual, dan dengan harga yang pantas.
Tak hanya itu, ia juga menyinggung soal efisiensi penggunaan Dana Otonomi Khusus (Otsus). “Jangan hanya memberi, tapi ajari mereka menjaga dan mengembangbiakkan. Jika tidak, bantuan itu akan habis, dan yang tersisa hanya kekecewaan. Dana negara terlalu berharga untuk disia-siakan,” tuturnya.
Rampeani pun menyuarakan harapannya agar bantuan menyentuh peternak yang benar-benar membutuhkan, khususnya mereka yang berada di kampung-kampung dan distrik seperti Kwamki Narama, Kuala Kencana, Mimika Timur, dan Wania.
“Kami ingin agar bibit itu bukan hanya ditanam, tapi juga dirawat. Bahwa dari seekor babi, bisa lahir ketahanan keluarga, martabat petani, dan ekonomi yang berputar. Itu yang harus kita bangun bersama,” ungkapnya lembut namun penuh harapan.
Ia menutup dengan kalimat penuh pesan: “Setiap bantuan harus mengandung keberlanjutan. Sebab kesejahteraan sejati tidak lahir dari satu kali pemberian, melainkan dari pendampingan yang setia dan kepercayaan yang tumbuh perlahan.”