Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
Gaya HidupHiburanOtomotifPeristiwaTeknologi

Tenunan Cinta Mama Lina di Jalan El Tari Kupang

151
×

Tenunan Cinta Mama Lina di Jalan El Tari Kupang

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

KUPANG | LINTASTIMOR.ID —
Setiap Minggu pagi, di bawah langit biru Car Free Day El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur, seorang perempuan sederhana duduk bersimpuh di antara warna-warna benang.

Namanya Mama Aquilina Sali, orang-orang memanggilnya Mama Lina. Dari ujung jemarinya yang sabar, lahirlah kain-kain indah—bukan sekadar tenunan, tapi cerita panjang tentang perjuangan, cinta, dan air mata seorang ibu.

Example 300x600

Sudah bertahun-tahun Mama Lina mencari nafkah dari hasil tenunannya. Sejak anak-anaknya masih kecil, ia berdiri di bawah terik matahari, menenteng hasil karya, berpindah dari satu acara ke acara lain. Kadang di pasar, kadang di pameran, kadang di tepi jalan—asal ada harapan untuk menambah uang sekolah anak-anaknya.

“Harus bisa putar otak supaya bisa cari uang,”
ucapnya pelan, sambil tersenyum di balik kerut wajah yang menyimpan ribuan doa.

Dari benang demi benang, Mama Lina menenun masa depan enam anaknya. Kini perjuangan itu telah berbuah indah:
Okto Lake, anak pertama, lulusan STM Nenuk, kini wiraswasta.
Ansel Lake, anak kedua, sarjana pengusaha krans bunga.
Jeremias Lake, anak ketiga, dosen di Universitas Timor.
Andri Lake, anak keempat, sarjana pertanian yang kini lulus P3K.
Riki Lake, anak kelima, sarjana dan pengusaha barber di Kefamenanu.
Dan si bungsu, Dian Lake, gadis cerdas yang juga baru lulus P3K.

Tak hanya keenamnya, Mama Lina bahkan membiayai anak adiknya hingga lulus P3K—tanda cinta yang tak mengenal batas darah.

Bersama suaminya, Bapa Yoseph Lake, lulusan SMA, Mama Lina yang hanya menamatkan SD itu membuktikan satu hal: pendidikan bukan milik orang kaya, melainkan milik orang yang tidak menyerah.

“Jaman sekarang, bekerja sebagai apa pun, pendidikan itu harus,”
tutur Mama Lina, matanya berkaca, menatap hasil tenun yang menari tertiup angin pagi.

Dari tangan yang menganyam benang, Mama Lina telah menganyam nasib generasi baru. Dari peluhnya, lahir kisah tentang ibu dari perbatasan yang menenun mimpi hingga ke langit masa depan anak-anaknya.

Suara dari Perbatasan untuk Dunia | LINTASTIMOR.ID

Example 300250
Penulis: Agust BobeEditor: Agustinus Bobe