Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
BeritaGaya HidupHiburanNasionalPeristiwa

Tais Selu Hananu: Nadinya Bangsa di Perbatasan

140
×

Tais Selu Hananu: Nadinya Bangsa di Perbatasan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Festival Duarato dan Cahaya Warisan Leluhur

ATAMBUA |LINTASTIMOR.ID)-Duarato bergetar oleh denting gong pertama. Suaranya memantul di lembah Lamaknen, seperti membuka kembali pintu-pintu ingatan yang pernah ditinggalkan angin.

Example 300x600

Ritus yang Menghidupkan Kembali Cerita Lama

Festival “Tais Selu Hananu” dibuka di Kampung Adat Tae Bere Hol Sa’, Jumat (28/11/2025). Gong dan gendang ditabuh sebagai simbol memohon perlindungan Tuhan sekaligus memanggil roh-roh cerita lama untuk kembali mengajar generasi hari ini.

“Festival ini bukan sekadar perayaan.  
Ini ikhtiar kita menjaga identitas,  
agar Belu tidak kehilangan nadinya.”  
— Antonia Wilfrida Rouk, Kabid Kebudayaan  

Dua Hari Menyulam Ingatan Kolektif

Selama dua hari, Desa Duarato berubah menjadi ruang belajar besar. Jalan Budaya dibuka, pos sejarah disinggahi, rumah adat diketuk dengan hormat, drama musik dimainkan, dan Tebe Duarato serta Tebe Zupmara menggetarkan tanah dengan hentakan yang seirama detak nenek moyang.

“Pelestarian budaya hanya mungkin  
jika seluruh masyarakat merasa memiliki.”  
— Antonia Wilfrida Rouk  

Setiap langkah warga seakan menegaskan bahwa budaya bukan objek tontonan, melainkan rumah yang selalu ingin mereka pulangkan.

Generasi Muda dan Tanggung Jawab Warisan

Anak-anak dan remaja terlihat mengikuti proses belajar budaya dengan mata yang berbinar. Di antara anyaman tais, kayu rumah adat, dan cerita para tetua, mereka menemukan sesuatu yang lebih besar dari sekadar festival: masa depan yang bertumpu pada akar.

“Kami ingin anak-anak Belu tahu bahwa budaya  
bukan milik masa lalu—melainkan bekal  
untuk menjemput masa depan.”  
— Kabid Kebudayaan  

Dari Perbatasan, Untuk Dunia

Festival dihadiri unsur pemerintah pusat-daerah, tokoh adat, akademisi, sekolah, dan masyarakat lokal. Namun gema terpentingnya bukan jumlah tamu, melainkan harapan bahwa acara ini akan menjadi agenda tetap yang memperkuat pariwisata budaya Belu.

“Semoga festival ini menjadi gerakan berkelanjutan  
yang menguatkan citra Belu  
sebagai pusat kebudayaan perbatasan.”  

Lintastimor.id — Suara dari Perbatasan untuk Dunia

Duarato sudah menyampaikan pesannya: budaya hidup selama ada yang merawatnya. Dan dari kampung di tepi batas negara ini, Belu kembali menegaskan dirinya—bangga, luhur, dan tak pernah kehilangan cahaya.

 

Example 300250