JAKARTA |LINTASTIMOR.ID)-Seorang biarawati tua dan sahabat karib mendiang Paus Fransiskus selama lebih dari empat dekade diperkenankan melanggar protokol saat mengunjungi peti jenazah di Basilika Santo Petrus.
Suster Genevieve Jeanningros, biarawati berkebangsaan Prancis-Argentina, dalam rekaman video pada 23 April 2025, hari pertama Paus Fransiskus disemayamkan, terlihat berjalan mendekati area terlarang untuk berdoa di depan peti jenazah selama 7 menit.
Area tersebut secara tradisional disediakan untuk para kardinal, uskup, dan imam, tetapi biarawati berusia 81 tahun itu diperkenankan untuk mengungkapkan kedukaan di area tersebut karena persahabatan intim yang mereka miliki.
Cuplikan momen mengharukan yang beredar di media sosial menunjukkan Suster Jeanningros melangkah ke arah tali merah yang mengelilingi peti jenazah dengan bantuan seorang petugas, yang menuntunnya maju.
Mengenakan kerudung biru dan pakaian biru tua, biarawati tersebut, yang oleh Paus Fransiskus dijuluki ‘L’enfant terrible’ – yang berarti anak yang mengerikan, berdiri dengan tenang di satu sisi peti jenazah yang belum ditutup.
Dalam momen penuh emosi, ia menangis tersedu-sedu dan menutup wajahnya dengan kedua tangan, saat ia berdiri hanya beberapa kaki dari jenazah mendiang Paus. Ia mengambil tisu, menyeka matanya, dan terpaku sejenak di tempatnya.
Meskipun melanggar apa yang secara tradisional dianggap sebagai protokol, tidak ada petugas keamanan yang turun tangan, sehingga sahabat karib Paus Fransiskus itu dapat menikmati momen perpisahan yang intim.
Pada bulan Juli, secara pribadi Paus Fransiskus mengunjungi Suster Jeanningros di Ostia, Roma, untuk memberikan penghormatan atas karya kemanusiaannya yang telah berlangsung lama.
Pertemuan mereka, yang diadakan di arena pameran Luna Park, secara terbuka menyoroti rasa hormat dan kekaguman Paus terhadap biarawati yang telah mendedikasikan waktunya untuk membantu mereka yang menghadapi marginalisasi dan pengucilan sosial.
Biarawati dari ordo Suster-Suster Kecil Yesus itu telah mendedikasikan lebih dari 56 tahun untuk melayani orang-orang yang paling tidak beruntung, khususnya perempuan transgender, di wilayah Ostia.
Ia dilaporkan tinggal di sebuah karavan bersama biarawati lain, Anna Amelia Giacchetto.
Hubungan antara Paus Fransiskus dan Suster Jeanningros terjalin saat beliau masih menjabat Uskup Keuskupan Agung Buenos Aires.
Hubungan mereka diperkuat oleh komitmen bersama mereka terhadap orang-orang yang paling rentan dan mengalami luka-luka kediktatoran Argentina.
Setiap hari Rabu, biarawati itu membawa sekelompok pekerja pasar malam, tunawisma, dan perempuan transgender ke audiensi umum mingguan Vatikan. Paus Fransiskus tidak hanya menerima mereka tetapi juga mengundang mereka untuk makan siang dan menawarkan dukungan finansial.
______
(Peter Suriadi – Bogor, 26 April 2025)