Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
BeritaKabupaten MimikaNasionalPolkam

STN Mimika dan Asa Baru dari Timur

22
×

STN Mimika dan Asa Baru dari Timur

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

TIMIKA  |LINTASTIMOR.ID|-

Ruang kelas itu masih berbau kayu muda ketika Bupati Mimika Johannes Rettop melangkah masuk. Cahaya pagi menimpa papan tulis yang masih bersih, seperti halaman pertama sebuah kitab masa depan. Di sinilah, katanya, “anak-anak Mimika akan belajar bermimpi dengan lebih tegak.”

Example 300x600

Peresmian Sekolah Transformasi Nusantara (STN) Dr. Daniel ES Runtuwene pada hari ini bukan sekadar menggunting pita. Ia lebih mirip upacara penegasan arah: bahwa Mimika ingin menempatkan dirinya dalam peta pendidikan nasional—bahkan internasional. Rettop berjalan perlahan menyusuri lorong, menatap dinding yang masih polos, dan berhenti sejenak untuk menyapa guru serta siswa yang menunggu dengan mata berbinar.

“Visi dan misi saya untuk Mimika—masyarakat sehat, pintar, cerdas, aman, dan damai—adalah bagian dari cita-cita Indonesia Emas 2045,” ujarnya, suaranya tegas namun lembut, seperti seseorang yang tahu persis medan yang sedang ia masuki.

Bagi Dr. Daniel ES Runtuwene, Ketua Yayasan Informasi Nusantara, hari ini bukan sekadar seremonial. Ia menyebutnya momen bernapas panjang—momen yang menandai awal perjalanan yang menuntut kesabaran, keyakinan, dan pengabdian.

“STN bukan sekadar bangunan, tapi rumah tempat karakter ditempa. Kemarin saya tanya anak-anak: ada yang ingin jadi dokter, arsitek, tentara, polisi. Setiap anak membawa sinar sendiri,” katanya. Ucapannya menggantung lama di udara, seperti angin yang menembus celah-celah jendela baru dipasang.

Sementara itu, DR Jimmy Oentoro, Ketua Pembina, menambahkan dimensi lain. Ia membawa wacana besar: masa depan Indonesia dan jejaring global.

“Kami punya konsep 3D: terampil, teruji, terpercaya. Sudah ada kerja sama dengan Swiss dan Jerman. Saya juga usulkan green campus satu-dua hektare di Mimika,” ucapnya. Ide itu seperti menanam bibit pohon yang kelak menaungi generasi baru.

Di tengah tata ruang yang serba baru itu, Bupati Rettop kembali menegaskan desain besar STN: kurikulum nasional plus, jam belajar penuh, makanan disediakan, namun tanpa asrama agar peran keluarga tetap hidup.

“Tahun pertama gratis berkat pemerintah. Tahun depan kita keroyok sama-sama,” katanya, seolah menyalakan lampu kerja kolektif di hati orang tua.

Rettop juga menyebut bahwa peningkatan kualitas pendidikan berjalan seiring dengan pembenahan birokrasi, pelayanan publik, dan penguatan ekonomi daerah—pertanian, perkebunan, perikanan—semuanya menuju Mimika yang lebih matang dan mandiri.

Seorang siswa naik ke podium kecil. Namanya James Nopelenus Wamuni, tubuhnya ramping, suaranya jernih dan tak ragu.

“Saya dapat ilmu baik dan guru luar biasa. Terima kasih atas beasiswa penuh. Semoga bupati terus dukung kami, generasi Mimika, untuk Indonesia Emas 2045,” ujarnya. Kata-katanya sederhana, tetapi mengalir seperti sungai kecil yang tahu persis ke mana ia ingin menuju.

STN bukan berdiri sendirian. Pemerintah daerah bekerja berdampingan dengan YPMAK, PT Freeport Indonesia, serta Yayasan SATP dalam proses pembangunan dan uji kemampuan siswa sejak Juni lalu. Hari ini, semua upaya itu menemukan titik kulminasi. Namun perjalanan panjang baru saja dimulai.

Di halaman sekolah yang masih terbuka luas, anak-anak berlarian seperti menandai masa depan dengan langkah-langkah kecil yang tak mengenal ragu. Dalam bayang pepohonan, suara mereka terdengar seperti mantra: bahwa Mimika ingin tumbuh. Bahwa timur ingin lebih dari sekadar hadir—ia ingin bersinar.

Example 300250