BESIKAMA |LINTASTIMOR.ID)-Di Desa Umatoos, Malaka Barat, Besikama, Nusa Tenggara Timur cinta antariman bukan sekadar wacana. Ia hidup, tumbuh, dan disambut dengan senyum serta sehelai selendang adat.
Besikama, Malaka — Kamis (6/11/2025), suasana terasa lembut di Paroki St. Yohanes Babtista Besikama. Umat Katolik, Protestan, dan Muslim tampak berbaur di halaman gereja, menyambut sosok muda yang baru saja ditahbiskan menjadi imam: Pater Dius Tahu, CMF.
Yang menarik bukan hanya misa syukur yang khidmat, tetapi cara masyarakat lintas iman menyambutnya. Keluarga dan kerabat Pater Dius yang beragama Islam datang mengenakan pakaian adat, lalu mengalungkan selendang tenun khas Malaka ke pundak sang imam muda — sebuah simbol kasih dan penghormatan lintas iman yang begitu tulus.
“Kita berbeda iman, tetapi satu dalam cinta dan kemanusiaan,” ujar Herry Klau, Ketua Panitia Misa Syukur, dengan suara bergetar haru. “Inilah wajah sejati Malaka — tempat di mana doa dan salam damai berjalan berdampingan.”
Kehangatan itu terasa hingga ke hati. Tak ada sekat, tak ada jarak. Yang ada hanya rasa hormat dan rasa bangga bahwa di bumi perbatasan ini, nilai-nilai toleransi dan nasionalisme masih berakar kuat.
Momen sederhana di Umatoos ini bukan sekadar upacara penyambutan imam baru. Ia adalah kesaksian hidup tentang persaudaraan sejati, bahwa iman yang berbeda bukanlah tembok, melainkan jembatan menuju damai.
Selamat berkarya dan melayani, Pater Dius Tahu, CMF — semoga selendang kasih itu selalu mengingatkan, bahwa panggilan sejati seorang imam adalah merajut kasih di tengah keberagaman.
️ LINTASTIMOR.ID — Suara dari Perbatasan, Menyuarakan Perdamaian
















