TIMIKA |LINTASTIMOR.ID)– Di balik kabut pegunungan Hoya yang sunyi, sebentar lagi akan berdiri rumah-rumah baru — rumah harapan bagi warga yang telah lama menanti. Setelah sempat tertahan oleh proses lelang, proyek pembangunan rumah di Distrik Hoya akhirnya dipastikan segera terealisasi dengan sistem knockdown, sebuah inovasi yang memadukan efisiensi dan ketepatan waktu.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Perumahan dan Pertanahan Kabupaten Mimika, Abriyanti Nuhuyanan, menyampaikan optimisme bahwa penerapan sistem ini akan mempercepat proses pembangunan. “Dengan sistem knockdown, kita bisa selesaikan dalam waktu satu bulan lebih. Rumahnya dirakit di Timika, lalu dibawa ke Hoya untuk dipasang. Cepat, praktis, dan tetap kuat,” ujarnya usai apel gabungan di Kantor Pusat Pemerintahan, Senin (20/10/2025).
Menurut Abriyanti, keterlambatan sebelumnya terjadi bukan karena kendala teknis, melainkan karena proses lelang yang wajib mengikuti mekanisme Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ). “Kendalanya bukan di kami. Prosesnya memang harus melewati pelelangan, dan itu sudah kita ikuti sesuai aturan,” katanya tenang.
Kini, setelah kontrak ditandatangani, pekerjaan mulai bergerak. Rumah-rumah itu akan dirakit terlebih dahulu di Timika, kemudian diangkut ke Tembagapura, sebelum akhirnya dipasang di Distrik Hoya — seolah potongan-potongan kayu itu akan menjelma menjadi dinding kehidupan baru di tengah alam yang megah.
“Jadi mekanismenya seperti itu, rumah sudah dirakit di sini, seperti knockdown furniture, nanti di Hoya tinggal dipasang,” jelas Abriyanti sambil tersenyum.
Ia menambahkan, pengalaman serupa di tahun 2018 menjadi bukti bahwa metode ini efektif. “Kami pernah membangun rumah di sana pada 2018, dan semuanya selesai dalam waktu satu setengah bulan saja,” kenangnya.
Rumah-rumah tersebut dibangun dengan bahan kayu, bukan beton, disesuaikan dengan kondisi geografis pegunungan. Setiap unit memiliki dua kamar tidur, satu dapur, ruang tamu, ruang tengah, dan kamar mandi. Dibiayai dari dana Otonomi Khusus (Otsus), proyek ini diharapkan membawa kesejahteraan nyata bagi masyarakat di daerah pedalaman.
Selain Hoya, pembangunan rumah juga dilakukan di wilayah pesisir — tepatnya di Distrik Iwaka dan kawasan terdampak bencana di Wania. “Kalau untuk pesisir tahun ini, hanya di Iwaka dan Wania untuk korban bencana,” tutur Abriyanti menutup percakapan.
Dan ketika nanti dinding-dinding kayu itu berdiri di tanah Hoya, bukan hanya rumah yang akan lahir, tetapi juga pengharapan. Sebuah kisah baru dimulai — tentang bagaimana pemerintah dan masyarakat bergandeng tangan membangun bukan sekadar tempat tinggal, melainkan ruang kehidupan di tengah kabut dan keheningan pegunungan Papua.