Di Mimika, sebuah kabar baik turun seperti hujan yang lama ditunggu—membasahi harapan masyarakat di tengah kebutuhan layanan kesehatan yang kian kompleks.
TIMIKA, |LINTASTIMOR.ID|— Ada momen ketika angka bukan sekadar angka. Ketika “Rp15 miliar” bukan lagi deretan digit, melainkan denyut harapan yang mengalir menuju ruang-ruang perawatan, ruang bersalin, ruang gawat darurat, hingga lorong-lorong rumah sakit yang setiap hari menjadi saksi perjuangan hidup masyarakat Papua.
Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika resmi menyerahkan hibah bernilai total Rp15 miliar kepada Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika—hibah yang terdiri dari berbagai peralatan medis hingga satu unit mobil jenazah. Hadiah yang lahir bukan dari seremoni belaka, tetapi dari kebutuhan yang sangat nyata.
Dalam penyerahan yang berlangsung khidmat, Kepala Dinkes Mimika Reynold Rizal Ubra berbicara dengan nada yang tak hanya administratif, tapi juga humanis. Ia tahu rumah sakit ini bukan sekadar fasilitas; ia adalah tempat masyarakat Amungme, Kamoro, dan tujuh suku lainnya menaruh hidup mereka.
“RSMM melayani 99 persen masyarakat asli Amungme, Kamoro, serta tujuh suku lainnya. Karena itu hari ini kami menyerahkan peralatan kesehatan dan mobil jenazah sebagai bentuk dukungan nyata,” tuturnya, seolah menegaskan bahwa kesehatan tak boleh memandang garis keturunan—ia harus mengalir setara.
Reynold menjelaskan bahwa seluruh alat medis yang diberikan merupakan hasil pengadaan lewat proposal RSMM tahun 2024 dan direalisasikan pada 2025 melalui mekanisme E-Katalog, sehingga seluruhnya masih dalam masa garansi. Setiap alat datang membawa janji: dapat langsung bekerja, langsung dipakai, langsung menyentuh pelayanan yang selama ini menjadi nadi RSMM.
Di sisi lain, Direktur RSMM dr. Hendry Roy, Sp.B menerima hibah tersebut dengan rasa syukur yang tampak dari tutur katanya. Ia bukan hanya menerima perangkat teknis, tetapi juga menerima kepercayaan.
“Dengan adanya bantuan ini, kami berkomitmen memberikan pelayanan yang semakin berkualitas dan profesional, sesuai moto kami: melayani dengan segenap hati,” ucapnya pelan namun kuat, seolah moto itu benar-benar hidup dalam setiap tindakan tenaga medis di RSMM.
Hibah ini memantulkan arti lain dari pelayanan kesehatan: bahwa pemerintah daerah sedang berupaya memastikan pemerataan akses kesehatan bagi masyarakat asli Papua. Bahwa angka anggaran bisa berubah menjadi penguatan sistem kesehatan yang sehari-hari bekerja dalam diam, dalam jadwal ketat, dalam kondisi yang tak selalu mudah.
Pada akhirnya, Rp15 miliar itu bukan sekadar investasi teknis. Ia adalah investasi kemanusiaan—sebuah langkah untuk memperkuat jaring keselamatan sosial dan kesehatan di Mimika, dan sebuah pesan bahwa negara tidak boleh absen ketika masyarakat membutuhkan uluran tangan.
Di RSMM, harapan kini tumbuh sedikit lebih tenang. Mesin-mesin baru siap bekerja. Mobil jenazah siap membawa pulang mereka yang telah berpulang dengan lebih bermartabat. Dan Mimika, perlahan, kembali menegakkan keyakinan bahwa kesehatan adalah hak yang layak diperjuangkan bersama.
















