JAKARTA | LINTASTIMOR.ID — Dari jauh, sorot matanya menyimpan keteguhan yang nyaris tak bisa ditukar dengan apa pun. Di antara 1.383 wisudawan Universitas Terbuka (UT) Jakarta, nama Rita Uru Hida, gadis asal Sumba Timur, menjadi satu di antara mereka yang paling mencuri perhatian. Senin (27/10/2025) sore, ia tampak tenang mengikuti gladi bersih wisuda yang akan digelar Selasa, 28 Oktober 2025 — sebuah hari yang menandai akhir perjuangan panjang sekaligus awal babak baru kehidupannya.
“Aku pernah hampir menyerah. Tapi setiap kali lelah, aku teringat pesan mama di kampung: ‘Sekolah itu bukan untuk orang lain, tapi untuk masa depanmu sendiri.’” ujar Rita pelan, sambil menatap podium tempat ia akan menerima toga esok hari.
Lulus dari Program Studi Ilmu Hukum S1, Rita bukan hanya membawa gelar, tapi juga kisah ketabahan yang tumbuh dari tanah kering dan harapan yang keras kepala. Ia adalah potret nyata perjuangan anak daerah yang menembus batas geografis dan ekonomi demi menuntaskan pendidikan tinggi di ibu kota.
Selama gladi bersih, panitia sempat memanggil namanya ke depan, bersama empat mahasiswa lainnya. Tak banyak yang tahu alasannya, hanya senyum gugup Rita yang membuat teman-teman sekelompoknya menebak-nebak — mungkin karena prestasi, mungkin karena kisah inspiratifnya selama menempuh kuliah jarak jauh yang penuh rintangan.
Rita ditempatkan di Kelompok 10, Nomor Urut 193, Nomor Meja 3 — posisi yang mungkin tampak biasa, tapi baginya adalah simbol dari perjalanan panjang penuh jatuh bangun. “Aku ingat saat pertama kali login kuliah online UT dari kamar di Singapur, sinyal sering putus, tapi semangatku tidak pernah padam,” katanya tersenyum.
Rita berangkat dari Sumba Timur menuju Jakarta setelah sempat bekerja sambilan di Singapura untuk mengumpulkan biaya pendidikan. Hidupnya adalah mozaik keberanian dan kerendahan hati — dua hal yang kini membuatnya berdiri tegak menatap panggung besar itu, di mana ia akan resmi menyandang gelar sarjana hukum.
“Aku ingin hukum menjadi jalan pengabdian, bukan sekadar profesi,” tutur Rita. “Aku ingin menjadi suara bagi mereka yang tak punya keberanian untuk bersuara.”
Besok, saat musik wisuda mengalun dan nama-nama dipanggil satu per satu, Rita Uru Hida akan berjalan dengan langkah yang pasti. Di bawah sorotan lampu gedung yang megah, ada cerita panjang dari perbatasan Sumba Timur yang ikut melangkah bersamanya.
“Segala sesuatu indah pada waktunya.”
— Pengkhotbah 3:11
Tagline: LINTASTIMOR.ID — Suara dari Perbatasan untuk Dunia Pendidikan.
















