Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
Kabupaten MimikaNasionalPolkam

Rampeani Rachman Soroti Guru PPPK Tak Kembali ke Pesisir: Anak-anak Menunggu Tanpa Pengajar

244
×

Rampeani Rachman Soroti Guru PPPK Tak Kembali ke Pesisir: Anak-anak Menunggu Tanpa Pengajar

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

TIMIKA, [LINTASTIMOR.ID] – Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Mimika, Rampeani Rachman, melayangkan rasa keprihatinan mendalam terkait absennya para guru berstatus Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di wilayah pesisir. Hingga akhir Juli 2025, sejumlah guru yang seharusnya sudah kembali dari libur panjang masih belum berada di tempat tugas.

“Terakhir mereka libur bulan Juni, sekarang sudah akhir Juli, tapi belum juga kembali ke pesisir. Padahal sekolah sudah mulai. Anak-anak di sana menunggu dalam ketidakpastian,” ujar Rampeani di ruang kerjanya, Senin (28/7/2025).

Example 300x600

Politisi Partai Perindo itu menggambarkan kondisi memilukan di wilayah pesisir seperti Mimika Barat Tengah, di mana banyak sekolah hanya memiliki tiga guru aktif dengan jumlah murid yang jauh lebih banyak. Situasi ini dinilainya menghambat proses pembelajaran dan merugikan masa depan generasi muda, khususnya anak-anak Orang Asli Papua (OAP).

“Di beberapa kampung, hampir semua sekolah kekurangan guru. Ini sudah bukan soal administrasi, tapi soal tanggung jawab. Karena pendidikan anak-anak di pesisir tidak boleh dikorbankan,” tegasnya.

Rampeani mendesak Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika untuk segera mengevaluasi kondisi di lapangan dan menindaklanjuti absennya guru-guru PPPK. Menurutnya, hasil evaluasi ini harus disampaikan langsung kepada Bupati Mimika sebagai bentuk perhatian serius terhadap dunia pendidikan di daerah terpencil.

“Loyalitas guru harus diuji. Mereka sudah menerima haknya selama sebulan, yang dibayarkan dari APBD Mimika. Maka mereka pun wajib memenuhi tanggung jawabnya,” ungkap Rampeani.

Ia menekankan, kepeduliannya terhadap wilayah pesisir bukan tanpa alasan. Daerah-daerah terpencil itulah yang menjadi Daerah Pemilihannya (Dapil) saat Pemilu lalu. Maka, sebagai wakil rakyat, ia merasa terpanggil untuk bersuara ketika suara anak-anak di sana tak terdengar oleh kebijakan.

“Saya bukan hanya bicara sebagai anggota dewan, tetapi sebagai saksi dari realita. Dan realita itu kini menyakitkan—karena ruang-ruang kelas di pesisir kini lebih sunyi dari suara guru,” ucapnya.

Example 300250