TIMIKA |LINTASTIMOR.ID), Suara Dari Perbatasan Untuk Perdamaian Dunia–
Di sebuah ruang sederhana di SD Negeri Ayuka, Selasa (29/9/2025), puluhan ibu PKK dari lima kampung di Distrik Mimika Timur Jauh duduk berderet, menyimak dengan serius. Mereka bukan sekadar peserta pelatihan, tetapi garda depan dalam perang panjang melawan stunting—sebuah masalah gizi kronis yang masih mencengkeram anak-anak Papua.
Lima kampung itu—Omawita, Ohoitya, Amamapare, Ayuka, dan Fanamo—menjadi prioritas karena prevalensi stunting yang relatif tinggi. Di hadapan mereka, para pemateri dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan KB (DP3AP2KB) serta Dinas Kesehatan Mimika memaparkan sesuatu yang jarang dibicarakan: hubungan erat antara kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan stunting.
▌ “PKK adalah garda terdepan yang punya peran besar dalam mencegah stunting. Melalui edukasi dan pendampingan keluarga, PKK mampu menjadi penopang utama kesehatan generasi di Mimika Timur Jauh,”
— Yulius Katagme, Kepala Distrik Mimika Timur Jauh
Menurut Yulius, peran ibu-ibu PKK tidak hanya sebatas mendampingi keluarga, tetapi juga memastikan setiap anak mendapatkan asupan gizi yang layak, bahkan sejak dalam kandungan. Karena itu, ia berharap pelatihan ini mampu membuka cakrawala baru dalam memahami faktor-faktor risiko stunting.
Di sesi materi, Yunici Ayutowe Lamusa, Kepala Seksi Penyuluhan DP3AP2KB, mengurai alasan mengapa tema Stunting dan KDRT dipilih. Baginya, dua isu ini tidak dapat dipisahkan.
▌ “Ketika seorang ibu mengalami penelantaran, termasuk tidak diberi nafkah, ia tak mampu menyiapkan makanan bergizi. Kekerasan psikis dan fisik juga membuat ibu hamil stres, kehilangan nafsu makan, dan pada akhirnya janin pun terdampak,”
— Yunici Ayutowe Lamusa, DP3AP2KB Mimika
Lamusa menegaskan, penanganan stunting harus dimulai sejak embrio terbentuk hingga 1.000 hari pertama kehidupan. “Selama ini, belum banyak yang memahami bahwa kekerasan dalam keluarga punya kaitan langsung dengan tumbuh kembang anak,” ujarnya.
Ia juga mengutip data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024 yang menunjukkan angka stunting di Mimika masih berada di kisaran 28,4%—angka yang cukup memprihatinkan.
Pelatihan ini diharapkan mampu membekali PKK dengan pemahaman utuh, bukan hanya soal pola makan sehat, tetapi juga bagaimana menciptakan lingkungan keluarga yang bebas dari kekerasan. Sebab, rumah yang harmonis adalah fondasi bagi anak-anak tumbuh sehat, kuat, dan penuh harapan.
Kini, di Mimika Timur Jauh, harapan itu mulai bersemi. Dari tangan-tangan ibu PKK, lahir semangat baru untuk menurunkan angka stunting, menjaga tumbuh kembang anak-anak Papua, dan menjaga agar setiap rumah tangga tetap menjadi ruang yang aman serta penuh cinta.