DILI |LINTASTIMOR.ID) — Siang itu, udara kota Dili terasa berbeda. Di antara hiruk-pikuk terminal kedatangan, riuh suara tawa dan teriakan memecah keheningan. “Piche Kota Doben!” seru para penggemar, menyambut kedatangan penyanyi muda yang tengah naik daun itu, Sabtu ,11 Oktober 2025 waktu Timor Leste.
Piche Kota, musisi asal perbatasan Indonesia-Timor Leste yang kini menapaki panggung nasional, akhirnya menjejakkan kaki di tanah saudara serumpun. Dengan balutan kain adat berwarna hijau terang di pundaknya dan kacamata hitam yang memantulkan sorot mata bahagia, Piche melangkah tenang, menyapa para penggemar yang menunggu sejak pagi.
Suasana di bandara seolah berubah menjadi panggung penyambutan. Beberapa penggemar membawa poster bertuliskan “Doben” — judul lagu yang melambungkan namanya di banyak kafe perbatasan. Lagu itu bukan sekadar nada cinta, tapi jembatan emosional yang mempertemukan rasa dan identitas dua bangsa di ujung timur Nusantara.
Seorang penggemar perempuan tampak menitikkan air mata ketika Piche melambaikan tangan. “Kami bangga, dia anak perbatasan, tapi suaranya sudah sampai ke hati kami semua,” ujarnya penuh haru.
Piche hanya tersenyum sederhana. Dalam diam, ia menunduk sejenak, seakan menyapa tanah yang juga bagian dari kisah perjalanan hidupnya. “Saya datang bukan untuk bernyanyi saja,” katanya perlahan. “Tapi untuk membawa pesan bahwa musik dari perbatasan juga bisa menyatukan cinta dan sejarah.”
Hari ini, Dili bukan sekadar kota. Ia menjadi panggung perjumpaan antara nostalgia dan kebanggaan. Dan di tengah teriakan “Piche Kota Doben!”, gema cinta dari perbatasan itu pun kembali bergaung—hangat, tulus, dan penuh cerita.
— Laporan: Tim Lintastimor.id