ENDE | LINTASTIMOR.ID – Suara dari Perbatasan untuk Perdamaian Dunia – Artis muda asal Atambua, Piche Kota, kembali meneguhkan langkahnya sebagai duta budaya dengan mengunjungi Sanggar Tenun Ikat Woe Lelu di SMK Negeri 1 Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (27/9/2025).
Kehadirannya bukan sekadar kunjungan, melainkan sebuah ajakan untuk mencintai, melestarikan, sekaligus mempromosikan keindahan tenun ikat motif Ende Lio yang sarat makna.
“Tenun ini bukan hanya kain. Ia adalah bahasa jiwa, doa, dan cerita yang ditenun oleh tangan-tangan penuh cinta. Saya merasa terhormat bisa ikut mempromosikan karya adik-adik SMK Negeri 1 Ende,” ujar Piche dengan nada penuh syukur.
Di sanggar yang teduh, Piche Kota tampak larut bersama para siswi yang tengah tekun menggerakkan alat tenun. Jemari halus mereka menarik benang-benang warna-warni, menciptakan motif khas Ende Lio yang seolah hidup di atas lembaran kain. Sesekali terdengar denting kayu beradu, ritme tradisi yang telah diwariskan turun-temurun.
Tak hanya menyaksikan, Piche pun ikut berbaur, memberi semangat, dan mengabadikan momen bersama generasi muda yang mewarisi warisan luhur tersebut. Para guru pendamping pun tampak sumringah melihat siswanya mendapat apresiasi dari seorang artis muda yang kini sedang menanjak namanya di blantika musik.
“Kalau musik bisa menyatukan hati, maka tenun bisa menyatukan sejarah dan masa depan kita. Ende Lio menyimpan warisan luar biasa yang harus terus kita jaga bersama,” ungkapnya lagi.
Kain tenun ikat Ende Lio sendiri bukan sekadar busana. Ia adalah penanda identitas, simbol peradaban, dan wujud doa masyarakat Lio yang dituangkan lewat benang. Setiap motif menyimpan kisah, tentang hubungan manusia dengan alam, leluhur, dan Sang Pencipta.
Dengan langkah sederhana namun bermakna, Piche Kota menjahit benang persaudaraan antara Atambua dan Ende, antara musik dan kain, antara modernitas dan tradisi. Dari Pulau Kelemutu, suara budaya itu kini menggema, menyapa dunia.