“Dari Perbatasan, Aku Membawa Lagu—Bukan Sekadar Nada, Tapi Harapan.”
JAKARTA, [LINTASTIMOR.ID] — Dalam gemerlap cahaya merah yang memantul di panggung megah Indonesian Creator Night, sosok muda asal perbatasan itu berdiri anggun. Piche Kota, penyanyi yang lahir dari tanah perbatasan Belu, Nusa Tenggara Timur, kini menapakkan langkahnya di antara para kreator besar negeri.
Malam itu, lampu-lampu menari seperti mengiringi perjalanan panjangnya—dari kafe kecil di Atambua, dari suara “Doben” yang dulu disebut penglaris, hingga kini menjadi penggerak gelombang musik timur yang mendunia. Piche tampil dengan aura tenang, tapi matanya berbicara banyak: tentang perjuangan, keyakinan, dan cinta pada nada-nada yang ia cipta.
“Aku bukan hanya datang untuk bernyanyi,” tutur Piche dengan senyum yang sederhana namun dalam, “aku datang membawa kisah—kisah dari perbatasan yang juga ingin didengar dunia.”
Suasana di Indonesian Creator Night malam itu seperti menjadi saksi perjalanan seorang anak muda yang berangkat dari batas negeri, namun menembus batas mimpi. Di tengah riuh sorot kamera dan tepuk tangan, nama Piche Kota bergema sebagai simbol bahwa musik dari timur bukan hanya indah, tetapi juga bermakna.
Ia membuktikan, dari tanah kecil di perbatasan, lahir suara yang bisa mengguncang panggung nasional. Suara yang membawa pesan: bahwa cahaya musik bisa lahir dari tempat yang paling sunyi, selama hati tetap bernyanyi.
Tagline:
LINTASTIMOR.ID — Suara dari Perbatasan, Membawa Cahaya Musik untuk Dunia.
