Hingga ujung November, APBD Mimika masih berjalan setengah langkah. Bupati pun mengangkat suara—bukan untuk memarahi, tetapi mengingatkan bahwa anggaran yang tak terserap adalah manfaat yang tak pernah sampai ke rakyat.
TIMIKA, |LINTASTIMOR.ID| — Pagi itu, halaman Pusat Pemerintahan di SP3 dipenuhi derap barisan OPD yang bersiap menerima arahan. Udara Timika yang lembap terasa seperti ikut menahan napas. Di tengah apel, suara Bupati Mimika, Johannes Rettob (JR), memecahkan keraguan yang menggantung di kepala banyak pejabat daerah.
“Realisasi baru 50 persen — masih ada setengah lagi yang harus ditutup. Dana hibah jangan ditahan, segera disalurkan ke tempatnya.”
Kutipannya berdiri seperti balok yang menegur dan mengingatkan, tegas tanpa berteriak. Anggaran yang hanya terserap separuh berarti ada separuh cita-cita pembangunan yang tertunda di tengah jalan.
Di Mimika, APBD bukan sekadar angka di meja birokrasi—ia adalah derap pembangunan, listrik yang harus menyala di kampung, jalan yang harus dibuka, pelatihan yang harus digelar, dan bantuan hibah yang seharusnya sudah bergulir sebelum tahun berganti. Setiap rupiah yang tidak bergerak seperti daun kering yang jatuh sebelum sempat memberi teduh.
JR tidak ingin itu terjadi.
“Kita sudah siapkan strategi percepatan akhir tahun. Saya harap semua OPD serius mengejar target ini,” katanya, suaranya tenang tetapi menyimpan tekanan moral: waktu terus berkurang, rakyat menunggu.
Sebagai kepala daerah, JR membaca kondisi ini bukan sekadar dengan mata anggaran, tetapi dengan mata nurani. Di APBD yang belum bergerak, ia melihat anak-anak sekolah yang belum mendapat fasilitas, jalan kampung yang belum tersentuh, hingga bantuan sosial yang tertahan.
Karena itu ia kembali mengingatkan:
“Semua pekerjaan selesaikan tahun ini supaya penyerapan maksimal, termasuk proyek-proyek yang masih berjalan.”
Kutipan itu seperti pagar moral bagi OPD: jangan biarkan anggaran menjadi angka mati yang kembali ke kas daerah tanpa pernah menyentuh satu pun kehidupan masyarakat.
Pada akhirnya, esensi dari seruan Bupati sederhana namun dalam: pembangunan bukan hanya soal menggugurkan anggaran, tetapi memastikan setiap program yang direncanakan benar-benar menjadi kenyataan.
Dan di tengah derap apel gabungan itu, JR mengingatkan Mimika bahwa waktu memang tidak bisa diperpanjang—tetapi keseriusan bekerja bisa dipercepat.
Anggaran adalah janji.
Dan setiap janji, apalagi yang menyangkut kepentingan rakyat, tidak boleh selesai sebagai sisa yang mengendap dalam laporan akhir tahun.
















