Bupati Mimika memilih menunda, bukan membatalkan
TIMIKA |LINTASTIMOR ID) — Di tengah hiruk-pikuk persiapan pengukuhan kepala kampung, Bupati Mimika, Johannes Rettob, memilih langkah yang tak populer: menunda. Bukan karena tekanan politik, melainkan karena keyakinan bahwa pemerintahan desa harus dimulai dari ketelitian dan tanggung jawab.
“Ada beberapa hal yang belum clear, jadi saya tunda. Saya sendiri yang tanda tangan undangannya, tapi setelah dicek ternyata banyak yang belum terselesaikan,” ujar Rettob tenang saat ditemui di sela agenda lain, Kamis (7/11/2025).
Ia menegaskan, penundaan itu bukan bentuk pembatalan, melainkan ruang untuk memperbaiki dan memastikan segala hal berjalan sesuai aturan. Di balik keputusan yang tampak sederhana itu, tersimpan pesan moral tentang pentingnya pemerintahan yang tertib dan berintegritas.
“Ini bukan pelantikan pejabat baru, tapi pengukuhan. Karena masa jabatan kepala kampung diperpanjang menjadi delapan tahun. Jadi kita kukuhkan, bukan lantik,” jelasnya, meluruskan kesalahpahaman yang sempat beredar di masyarakat.
Menurut Rettob, evaluasi kinerja menjadi alasan utama di balik keputusan tersebut. Banyak laporan dari masyarakat mengenai kinerja para kepala kampung, terutama terkait pengelolaan dana desa. Karena itu, ia ingin memastikan bahwa yang dikukuhkan adalah mereka yang benar-benar layak melanjutkan amanah.
“Kepala kampung harus dievaluasi secara menyeluruh. Banyak komplain dari masyarakat, terutama soal dana desa. Jadi kita harus pastikan mereka siap secara administrasi dan kinerja,” tuturnya.
Meski proses pengukuhan ditunda, program bimbingan teknis (Bimtek) bagi para kepala kampung tetap berjalan. Rettob berharap, Bimtek itu menjadi ruang pembelajaran agar para pemimpin kampung tak hanya bisa memimpin secara sosial, tetapi juga mampu mengelola administrasi dan keuangan secara transparan.
Ia mengakui, undangan pengukuhan sebenarnya sudah lama ditandatangani. Namun, setelah dilakukan pengecekan mendalam, banyak hal administratif yang belum lengkap baru terungkap kemudian.
Keputusan itu mencerminkan satu hal: bagi Johannes Rettob, memimpin bukan soal seremonial, tapi keberanian untuk menunda demi kebenaran.
LINTASTIMOR.ID — Suara dari Perbatasan, Menyuarakan Kebenaran
















