Scroll untuk baca artikel
Dirgahayu Indonesia 80
Example 728x250
NasionalPolkam

Penghargaan Negara untuk 17 Pejuang Pro Integrasi: Menyembuhkan Luka, Mengembalikan Martabat

84
×

Penghargaan Negara untuk 17 Pejuang Pro Integrasi: Menyembuhkan Luka, Mengembalikan Martabat

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

JAKARTA |LINTASTIMOR.ID) – Senin, 25 Agustus 2025, menjadi hari yang tak sekadar tercatat dalam kalender, melainkan terukir dalam sejarah perjuangan bangsa.

Di Istana Negara, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, akan menganugerahkan Penghargaan, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan kepada 17 tokoh pejuang pro integrasi Timor Timur.

Example 300x600

Penganugerahan ini bukan hanya penghormatan, tetapi juga penawar atas luka panjang yang diwariskan sejarah. Ketika Timor Timur memilih jalannya sendiri dua dekade silam, para pejuang dan eks warga provinsi itu harus menanggung getir: kehilangan rumah, tanah kelahiran, bahkan rasa percaya diri di negeri yang mereka pertahankan.

“Semoga dengan penganugerahan ini, martabat dan harga diri para pejuang serta eks warga Provinsi Timor Timur dipulihkan kembali. Inilah kebanggaan kita bersama, bukti bahwa pilihan untuk tetap menjadi bagian dari Indonesia tidak sia-sia,” ujar Ketua Umum Forum Komunikasi Pejuang Timor Timur (FKPTT), Eurico Guterres, di Kupang, Minggu (24/8).

Upacara di Istana Negara esok hari adalah tanda bahwa negara hadir, tidak melupakan jasa mereka yang berdiri di garis terdepan mempertahankan merah putih di Bumi Lorosae. Sebuah penghormatan yang datang mungkin terlambat, tetapi penuh makna.

Eurico menambahkan, ucapan terima kasih yang tulus ia sampaikan kepada Presiden Prabowo Subianto. “Atas nama seluruh pengurus dan anggota FKPTT, kami menyampaikan terima kasih dari hati yang paling dalam kepada Presiden Republik Indonesia. Penghargaan ini adalah jawaban atas doa panjang dan pengorbanan yang tidak pernah berhenti.”

Di balik seremoni, tersimpan kisah pilu yang tak bisa dilupakan. Ribuan orang terpaksa meninggalkan kampung halaman ketika referendum 1999 memisahkan Timor Timur dari pangkuan Ibu Pertiwi. Mereka datang dengan luka, dengan tanya, dengan hidup yang harus dimulai dari nol di tanah seberang. Namun mereka tidak pernah berhenti menyebut dirinya Indonesia.

Kini, melalui penghargaan negara, luka itu perlahan mendapat jahitan. Para pejuang tidak lagi hanya hidup dalam bayangan sejarah, tetapi berdiri dengan kepala tegak, diakui dan dihargai oleh bangsa yang mereka cintai.


 

Example 300250