Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
BeritaKabupaten MimikaNasional

Pelatihan Public Speaking Mimika: Kata yang Jernih, Pemerintahan yang Terang

46
×

Pelatihan Public Speaking Mimika: Kata yang Jernih, Pemerintahan yang Terang

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Di Mimika, suara pejabat kini tak lagi sekadar formalitas—ia sedang ditempa menjadi medium kepercayaan.

TIMIKA |LINTASTIMOR.ID)—Humas dan Protokoler Pemda Mimika meramu dua hari pelatihan public speaking (8–9 Desember) di Hotel Horison Diana Timika. Di ruangan yang tenang, dengan meja berlapis kain putih dan aroma kopi pagi yang mengalun, para pejabat daerah diajak bukan hanya belajar berbicara, tetapi belajar menghormati setiap kata yang keluar dari bibir jabatan.

Example 300x600

Ketua Pelaksana, Evert Hindom, menegaskan inti pelatihan ini bukan sekadar teknik vokal atau tata panggung. “Kami ingin pesan pemerintah jatuh tepat pada telinga warganya. Efektif, jelas, dan membuka ruang partisipasi,” ujarnya—singkat, namun tegas.
Baginya, komunikasi adalah jembatan, bukan pagar; instrumen membangun, bukan sekadar menjalankan administrasi.

Dalam sambutan pembukaan, Staf Ahli Bupati Mimika bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan, Innosensius Yoga Pribadi, menautkan kata-kata dengan bobot moral.
“Komunikasi pejabat bukan hanya penyampaian informasi, tapi representasi integritas,” ucapnya pelan namun penuh tekanan—seolah setiap suku kata sedang menimbang kepercayaan publik.
“Setiap kata mempengaruhi keberhasilan program, sekaligus napas keyakinan masyarakat.”

Yoga mengingatkan, public speaking tidak sedang mengajari pejabat menjadi orator panggung, melainkan menjadi pengemban amanah yang berbicara berdasar data, etika, dan empati.
“Ketika pejabat berbicara jelas, terukur, dan beradab, maka transparansi bukan jargon, melainkan praktik,” tuturnya.

Ia memperkenalkan lima prinsip komunikasi aparatur:

  1. Akurat dalam data
  2. Empatik dalam tutur
  3. Berbahasa baik, bukan sekadar benar
  4. Bijak menerima perbedaan ide
  5. Merefleksikan nilai positif di setiap dialog

Pelatihan ini, lanjut Yoga, bukan semata mengasah pita suara, tetapi menajamkan kepekaan telinga. “Public speaking yang baik tak pernah lahir dari mulut yang sibuk, tetapi dari telinga yang bersedia mendengar,” katanya—kutipan yang langsung menenangkan ruangan, membuat peserta menghela napas dan menatap kertas catatannya masing-masing.

Lebih dari teknik podium, kegiatan ini mencoba menanamkan budaya berkomunikasi baru: pemerintahan yang modern, bersahabat, dan responsif.
Sebuah perubahan yang, jika dirawat, dapat membuat kalimat pejabat tidak lagi terdengar seperti perintah, melainkan ajakan; bukan sekadar pelaporan, melainkan pertanggungjawaban.

Di Mimika, pelatihan dua hari ini mungkin akan berlalu sunyi. Tidak gemuruh, tidak gegap gempita. Tetapi jika kata-kata yang lahir dari para pejabat kelak menjadi jernih—publik akan tahu: pelatihan ini meninggalkan jejak.

Bukan dekorasi.
Melainkan transparansi yang akhirnya bersuara.

Example 300250
Penulis: Redaksi Lintastimor.idEditor: Agustinus Bobe