Scroll untuk baca artikel
Dirgahayu Indonesia 80
Example 728x250
Gaya HidupNasionalPeristiwa

Pancasila, Penjaga Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi

12
×

Pancasila, Penjaga Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Albert Baunsele, Sahabat Penggerak Literasi

Setiap 1 Oktober, bangsa Indonesia kembali menundukkan kepala, mengenang, sekaligus menghayati makna Hari Kesaktian Pancasila. Bukan sekadar ritual tahunan, momentum ini menjadi ruang batin untuk memperkuat komitmen terhadap nilai-nilai luhur Pancasila yang selama ini menjadi penopang kehidupan berbangsa dan bernegara.

Example 300x600

“Menghayati Hari Kesaktian Pancasila adalah kesempatan untuk merefleksikan diri sekaligus memperkuat kecintaan terhadap Pancasila sebagai identitas bangsa. Di sinilah kita diajak menjaga api persatuan, keadilan, dan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Albert Baunsele, Sahabat Penggerak Literasi.

Hari Kesaktian Pancasila berakar pada peristiwa kelam 30 September 1965, ketika ideologi negara diguncang oleh pemberontakan yang ingin menggantinya dengan komunisme. Sejak itu, Pancasila diperingati bukan hanya sebagai dasar negara, melainkan juga sebagai “penjaga karakter bangsa” di tengah derasnya arus globalisasi.

Makna Lima Sila: Nafas Hidup Bangsa

Pancasila, berasal dari bahasa Sanskerta pañca (lima) dan śīla (prinsip/asas), tertuang jelas pada Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kelima sila itu bukan sekadar teks, melainkan pedoman abadi bagi perjalanan bangsa.

  • Ketuhanan Yang Maha Esa adalah nafas sakral yang mengajarkan umat manusia untuk menyalakan kebaikan dalam setiap perbuatan.
  • Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menuntun kita untuk menjadi manusia sempurna—beradab, tulus, dan maju dalam peradaban.
  • Persatuan Indonesia hadir sebagai simpul kasih sayang dari Sabang hingga Merauke, jauh dari pandangan dogmatik dan sempit.
  • Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan menjadi penopang perubahan. Sebuah prinsip bahwa rakyatlah yang harus bijak, tabah, dan bebas dari belenggu sempit kelompok.
  • Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah cita-cita luhur agar kesejahteraan terdistribusi secara merata, tanpa keberpihakan yang timpang.

Menyala di Tengah Kabut Zaman

Menghayati Hari Kesaktian Pancasila berarti melawan lupa. Ia adalah pengingat bahwa di tengah derasnya arus globalisasi, bangsa ini tetap membutuhkan pijakan yang kokoh. Pancasila itulah fondasi yang membuat Indonesia tetap berdiri tegak, tanpa tercerabut dari akar budayanya.

“Disebut kesaktian karena Pancasila menjadi cahaya di tengah kabut zaman. Ia menjaga bangsa ini agar tidak terseret arus yang hendak melunturkan jati dirinya,” tegas Albert Baunsele.

Maka, Hari Kesaktian Pancasila bukan sekadar mengenang masa lalu. Lebih dari itu, ia adalah panggilan untuk menyalakan kembali cinta tanah air, menjaga toleransi sejati, dan mewujudkan keadilan sosial di tengah kehidupan modern.


 

Example 300250
Penulis: Albert BaunseleEditor: Agustinus Bobe