Scroll untuk baca artikel
Dirgahayu Indonesia 80
Example 728x250
NasionalPeristiwaPolkam

Pancasila dan Luka Bangsa: Refleksi Kesaktian dari Lubang Buaya

43
×

Pancasila dan Luka Bangsa: Refleksi Kesaktian dari Lubang Buaya

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

JAKARTA [LINTASTIMOR.ID] – Suara dari Perbatasan untuk Perdamaian Dunia.
Setiap 1 Oktober, bangsa Indonesia menundukkan kepala mengenang luka sejarah. Dari tragedi 1965, ketika para pahlawan revolusi gugur mempertahankan ideologi negara, lahirlah tekad untuk menjaga Pancasila sebagai dasar pemersatu bangsa. Hari Kesaktian Pancasila menjadi penanda: bahwa dari kelam masa lalu, bangsa ini justru meneguhkan persatuan.

Rabu (1/10/2025), di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, peringatan berlangsung khidmat. Presiden Prabowo Subianto berdiri sebagai Inspektur Upacara. Di sisinya hadir Wakil Presiden Gibran Rakabuming bersama Ibu Selvi Ananda, serta jajaran pejabat negara.

Example 300x600

“Hari Kesaktian Pancasila bukan sekadar mengenang tragedi, tetapi mengingatkan kita untuk terus menjaga persatuan dan menegakkan ideologi bangsa. Dari sejarah kelam, kita belajar bahwa Pancasila adalah fondasi yang tak tergantikan,” ujar Presiden Prabowo dalam amanatnya.

Upacara ini menjadi saksi betapa Pancasila bukan hanya warisan, melainkan pedoman hidup yang harus dihidupi dalam tindakan nyata. Kehadiran generasi muda, pejabat negara, hingga keluarga para pahlawan revolusi menegaskan bahwa ingatan kolektif itu tetap hidup.

Lubang Buaya, yang dahulu menjadi saksi duka, kini berubah menjadi ruang perenungan. Di situlah bangsa diajak menyadari betapa mahalnya persatuan, dan betapa teguhnya Pancasila menjaga keutuhan negeri.

“Kesetiaan kita kepada Pancasila adalah janji untuk tidak membiarkan sejarah kelam terulang. Dengan Pancasila, kita membangun Indonesia yang kuat, adil, dan bermartabat,” tegas Presiden.

Lubang Buaya tidak hanya menyimpan jejak darah dan air mata, tetapi juga amanah sejarah: agar bangsa ini tak terpecah oleh perbedaan. Hari Kesaktian Pancasila 2025 menjadi momentum untuk bercermin—bahwa di tengah polarisasi politik, krisis global, hingga ancaman disintegrasi, Pancasila tetaplah rumah besar bagi semua anak bangsa.

“Pancasila harus kita rawat bukan hanya dalam upacara, tetapi dalam perilaku sehari-hari. Di tengah godaan perpecahan, ia adalah perekat yang membuat Indonesia tetap satu,” pesan Presiden Prabowo.

Dengan demikian, peringatan ini tidak berhenti pada ritual tahunan, melainkan panggilan moral: menjaga kesetiaan pada Pancasila, menolak segala bentuk ideologi yang mengancam, dan memastikan Indonesia Raya tetap berdiri tegak—adil, makmur, dan bermartabat di hadapan dunia.


 

Example 300250