MIMIKA |LINTASTIMOR.ID)-
Di Mimika, Desember bukan sekadar penutup kalender. Ia menjelma ruang penilaian, ruang penegasan bahwa jabatan bukan hak milik abadi, melainkan mandat yang setiap saat dapat dipertanyakan ulang. Pemerintah Kabupaten Mimika, melalui Panitia Seleksi, resmi merilis daftar 14 pejabat tinggi pratama yang diwajibkan mengikuti Uji Kompetensi (Job Fit) dan Evaluasi Kinerja Tahun 2025, sebagaimana tertuang dalam surat bernomor 006/PANSEL/MMK/2025 bertanggal 5 Desember 2025.
Uji ini bukan seremoni, bukan daftar nama yang dipajang sekadar untuk memenuhi kewajiban administratif tahunan. Di baliknya ada pesan, bahwa kekuasaan yang dipegang birokrat harus terus diuji, bahwa jabatan adalah kerja berkelanjutan, bukan tempat rehat, bukan panggung kehormatan semata.
A. Para Pejabat di Ruang Job Fit
Mereka adalah wajah birokrasi yang masih dianggap memerlukan penajaman, penegasan, atau pembuktian ulang mengenai kesesuaian kapasitas dengan kursi yang mereka duduki:
- Ronny Stepanus Marjen – Kepala Satpol PP (3 tahun 5 bulan)
- Jania Basir Rante Danun – Kepala Dinas Perhubungan (2 tahun 1 bulan)
- Antonius Welerubun – Kepala Dinas Perikanan (3 tahun 5 bulan)
- Sabelina Fitriani – Kepala Dinas Peternakan dan Keswan (3 tahun 5 bulan)
- Petrus Pali Ambaa – Kepala Dinas Perindag (3 tahun 5 bulan)
- Gat Tebay – Sekretaris DPRD Mimika (3 tahun 5 bulan)
- Septinus Timang – Staf Ahli Bupati Bidang Hukum, Politik, Pemerintahan (1 tahun)
Masa kerja mereka mencatat jejak, tetapi tak serta-merta memberi garansi. Di sinilah job fit bekerja sebagai cermin yang memantulkan sejauh mana seorang pejabat tidak hanya hadir, tetapi menjalankan fungsi secara presisi.
B. Para Pejabat di Ambang Evaluasi Kinerja
Nama-nama berikut telah menapaki jabatan cukup lama. Di titik inilah pertanyaan reflektif menjadi sah: apakah kinerja sebanding dengan waktu yang dikonsumsi?
- Slamet Sutejo – Kadis Dukcapil (5 tahun 11 bulan)
- Paulus Yanengga – Kadis Nakertrans (5 tahun 4 bulan)
- Yulius Koga – Kadis Ketahanan Pangan (5 tahun 4 bulan)
- Dwi Cholifah – Kepala Bapenda (7 tahun 10 bulan)
- Reynold Rizal Ubra – Kadis Kesehatan (5 tahun 4 bulan)
- Yohana Paliling – Kepala Bappeda (5 tahun 4 bulan)
- Jeni Ohestina Usmany – Kadis Pendidikan (9 tahun 7 bulan)
Sembilan tahun tujuh bulan adalah bukan sekadar angka bagi seorang pejabat pendidikan—ia adalah rentang yang mengandung keberhasilan, kegagalan, dan potensi stagnasi. Di sinilah evaluasi tidak lagi sekadar teknis, tetapi etik.
C. Dokumen Sebagai Bukti Kerja, Bukan Formalitas
Setiap peserta diminta menyiapkan:
- CV
- RENJA & LAKIP dua tahun terakhir
- SKP dua tahun terakhir (evaluasi kinerja)
- SKP dua triwulan (job fit)
Di balik lembaran-lembaran itu, tersimpan pertanyaan paling hakiki: apakah rencana pernah bertemu realisasi? apakah capaian sepadan dengan anggaran, waktu, dan jabatan?
D. Ritme Jadwal, Ritme Ketegangan
- 8 Desember: Pengumuman
- 8–9 Desember: Pengiriman berkas
- 10 Desember: Makalah & wawancara (09.00–17.00 WIT)
- 11–12 Desember: Asesmen Job Fit
- 13 Desember: Penyampaian hasil seleksi
Hotel Horison Ultima Mimika akan menjadi ruang sunyi pengujian, ruang di mana kalimat-kalimat diuji integritasnya, rencana dievaluasi kedewasaannya, dan pencapaian dipertanyakan kembali jejaknya.
E. Ketentuan: Disiplin Sebagai Simbol
Panitia menggariskan secara terang:
- Kemeja putih, celana hitam, dasi—simbol keseragaman sekaligus disiplin.
- Peserta Job Fit wajib membawa laptop.
- Dilarang melakukan kontak langsung maupun tidak langsung dengan panitia.
- Semua keputusan final, tidak bisa diganggu gugat.
Aturan ini sekaligus mempertegas: birokrasi harus steril dari lobi, dari kedekatan yang mencemari objektivitas.
Birokrasi Mimika sedang menata dirinya. Tidak hanya memanggil nama-nama pejabat untuk duduk di ruang tes, tetapi juga memanggil kembali makna pelayanan publik: bahwa jabatan adalah amanah yang berjangka, dan pengabdian bukanlah kata benda, melainkan kata kerja.
Di ujung daftar, kita membaca tanda tangan Ketua Pansel, Silwanus A. Soemoele, namun sejatinya di balik tinta itu ada pesan moral:
Pemerintahan yang baik tidak tumbuh dari kenyamanan jabatan, melainkan dari kesediaan untuk terus diuji, diuji lagi, dan diuji ulang.
















