LEBANON | LINTASTIMOR.ID – Dalam damai yang ditebar di tanah asing, dua bangsa berjumpa bukan sebagai tentara, tetapi sebagai saudara. Komandan Kontingen Sri Lanka untuk misi UNIFIL, Lt Col Yommerengnga Seamon Hewage Nilantha Prasad Silva, menginjakkan kaki di Sudirman Camp, markas Satgas Force Headquarters Support Unit (FHQSU) TNI Konga XXVI-Q, dan membawa serta harapan akan persatuan dalam misi perdamaian dunia.
Disambut hangat oleh Dansatgas FHQSU XXVI-Q, Kolonel Inf Allan Surya Lesmana, S.Sos., beserta para perwira staf, kunjungan kehormatan ini menjadi lebih dari sekadar agenda protokoler. Ia menjadi awal dari simfoni kerja sama antar dua kontingen—Indonesia dan Sri Lanka—dalam payung biru PBB.
“Kami sangat menghargai kunjungan ini sebagai bentuk silaturahmi dan komitmen bersama untuk terus menjaga perdamaian dan stabilitas di wilayah misi. Di balik seragam, kita adalah manusia yang dipanggil nuraninya untuk dunia yang lebih tenteram,” tutur Kolonel Allan, dengan nada sehangat senja di langit Marjayoun.
Kegiatan ini merupakan agenda awal perkenalan Sri Lanka Contico yang baru, sebagai bagian dari diplomasi militer dan penguatan koordinasi antar unit di bawah komando Force Protection. Diskusi mengalir dalam suasana penuh persaudaraan, menyentuh tantangan-tantangan operasional, dinamika lapangan, hingga harapan-harapan untuk sinergi ke depan.
Tak hanya bicara strategi, kunjungan ini juga menjadi jendela bagi Sri Lanka untuk menyimak wajah lain dari Indonesia. Melalui penyambutan yang dirancang penuh makna, Mayor Laut (S) Chiven C. Sondakh, M.T., selaku penanggung jawab kegiatan, memperkenalkan kebudayaan Nusantara sebagai cermin jati diri prajurit Garuda.
“Di tanah orang, kami bukan hanya penjaga damai. Kami adalah duta dari Bhineka Tunggal Ika, dari negeri yang menjahit perbedaan menjadi kekuatan. Solidaritas ini tanpa batas. Garuda menjalin persaudaraan di daerah misi,” ujar Mayor Chiven, dalam pernyataan yang menggema bak puisi di hati para penjaga dunia.
Langit Lebanon menjadi saksi: bahwa dalam setiap pertemuan antar kontingen, ada benih persahabatan yang tumbuh di bawah payung biru. Karena perdamaian, sesungguhnya, bukan hanya tugas, tapi panggilan jiwa yang mengikat umat manusia dalam satu rasa: cinta kepada dunia yang tenteram.
