“Kami percepat penyaluran agar tidak ada keluarga yang kekurangan beras menjelang Natal dan Tahun Baru,” ujar Kapolres Mappi, Kompol Suparmin.
Ketika Beras Menjadi Bahasa Kebaikan di Ujung Selatan Papua
MAPPI |LINTASTIMOR.ID)-Di Kepi, kota kecil yang dikelilingi sungai dan teduh oleh hutan rawa, Desember selalu membawa aroma yang khas: hujan, doa, dan harapan. Menjelang Natal dan Tahun Baru, langit Mappi seakan memantulkan keresahan masyarakat tentang ketersediaan beras—bahan pokok yang tak pernah boleh absen dari dapur mana pun.
Di Gudang Filial Bulog Kepi, Selasa pagi (9/12), puluhan tangan sibuk menurunkan karung-karung putih bertuliskan SPHP. Karung-karung itu bukan sekadar komoditas, melainkan pesan solidaritas dari negara bagi mereka yang hidup di wilayah pelosok Papua.
Zoom meeting pelepasan beras SPHP serentak se-Papua Raya baru saja usai. Di Mappi, para pejabat dan tamu undangan berdiri rapi: Kapolres Mappi Kompol Suparmin, Wakil Ketua II DPR Alvin Sanda, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Hendrikus Kartika, hingga jajaran Dinas Pertanian dan PTSP. Mereka hadir bukan untuk seremoni, tetapi untuk memastikan 50 ton beras benar-benar sampai ke meja makan warga.
“Polres Mappi menyalurkan 50 ton beras SPHP dalam dua tahap—20 ton di tahap pertama, 30 ton menyusul—kami pastikan tepat sasaran,” ujar Kompol Suparmin, tegas.
Di Mana Ketersediaan Bahan Pokok Bertemu Makna Natal
Desember di Papua selalu membawa tantangannya sendiri. Ketika curah hujan meningkat dan akses transportasi terhambat, harga pangan bergerak tak menentu. Pergantian tahun yang seharusnya menjadi perayaan keluarga, bisa berubah menjadi keresahan jika pasokan beras mulai menipis.
Dalam konteks inilah penyaluran beras SPHP menjadi lebih dari sekadar program stabilisasi harga. Ia berubah menjadi simbol kehadiran negara, terutama bagi masyarakat yang berada jauh dari pusat-pusat ekonomi. Di Mappi, beras SPHP menghadirkan rasa aman psychological safety—bahwa Natal dan Tahun Baru dapat dirayakan dengan penuh damai dan tidak diliputi kekhawatiran soal kebutuhan dasar.
Kompol Suparmin menyebutkan bahwa permintaan beras biasanya meningkat menjelang perayaan Nataru. Ketika permintaan naik, kelangkaan selalu mengintai. Polres Mappi ingin memastikan hal itu tidak terjadi.
“Dengan percepatan penyaluran SPHP, kami ingin kebutuhan beras masyarakat tetap aman sampai perayaan Nataru,” ungkapnya.
Distribusi yang digandeng bersama dinas terkait, serta pengawasan ketat proses pembongkaran barang dari Bulog Merauke, adalah ikhtiar kolektif agar program ini tidak hanya berhenti di gudang, tetapi hadir di kampung-kampung, di dapur-dapur, di kompor yang menyala untuk hidangan Natal.
Beras sebagai Simbol Kesetaraan
Pada akhirnya, karung-karung SPHP itu bukan hanya berisi butiran beras, melainkan butiran harapan. Di tengah perbedaan geografis dan keterbatasan akses, masyarakat Mappi berhak menikmati harga pangan yang stabil dan kualitas pangan yang layak.
Ketika pelayanan publik bekerja, ketika aparat bersinergi, dan ketika negara hadir dengan perhitungan yang tepat, maka Natal di Mappi tidak hanya dirayakan dengan lilin dan lagu, tetapi juga dengan kepastian bahwa setiap keluarga memiliki sebakul damai di rumahnya.
Dan di antara bising mesin pembongkaran beras, satu pesan bergema jelas:
Tak ada perayaan yang layak tanpa kepastian bahwa seluruh masyarakat dapat merayakannya dengan layak pula.
















