JAKARTA |LINTASTIMOR.ID)-
Desember kembali memanggil pulang hati–menyatukan ingatan, budaya, dan iman dalam satu helai syukur.
Reflektif Rohani:
Pada suatu senja Desember, ketika lampu-lampu kota Jakarta mulai menyala seperti bintang yang gugur ke bumi, Perkumpulan Rote Bersatu menyiapkan sebuah perhentian batin: Ibadah Syukur Natal PRB 2025 dan Parade Budaya Rote Ndao di Gedung Judo Kelapa Gading, Jakarta Utara, Sabtu 6 Desember 2025, pukul 17.00 WIB.
Di antara denting sasando dan gema gong Rote yang merindu kampung halaman, ibadah ini bukan sekadar seremoni tahunan. Ia adalah pulang: pulang kepada damai, pulang kepada akar budaya, pulang kepada Tuhan yang menuntun perjalanan diaspora Rote di mana pun mereka berada.
“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya…” (Yesaya 9:5). Ayat ini, yang berusia ribuan tahun, melampaui ruang dan zaman, tetap meneduhkan jiwa pada setiap perayaan Natal. Dan kali ini, ia beresonansi bersama dentingan sasando yang lembut seperti doa.
Dalam ibadah syukur itu, umat akan dipimpin dalam suasana rohani yang teduh.
Para pelayan firman, para tokoh masyarakat, serta para perantau Rote akan bersama merayakan kasih yang melampaui batas. Budaya Rote hadir bukan hanya sebagai identitas, tetapi sebagai persembahan: topi ti’i langga, kain motif NTT, tarian, senyum, dan persaudaraan.
Di tengah hiruk pikuk ibu kota, pertemuan ini menjadi ruang di mana iman dan budaya saling meneguhkan. Setiap langkah dalam parade, setiap nada sasando, setiap hening doa menjadi saksi bahwa Natal bukan hanya tentang perayaan, melainkan tentang ingatan terhadap sumber damai sejati.
Dan seperti tertulis dalam Mazmur:
“Tuhan adalah terangku dan keselamatanku; kepada siapakah aku harus takut?” (Mazmur 27:1).
Terang itu kembali hadir—menyala dalam hati umat, menuntun langkah, menguatkan perjalanan.
Pada akhirnya, Ibadah Syukur Natal PRB 2025 bukan hanya sebuah acara. Ia adalah kesaksian bahwa kasih selalu menemukan jalan pulang, dan manusia selalu menemukan harapan ketika budaya, persaudaraan, dan iman saling bergenggaman.
Dresscode: motif NTT.
