Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
Kabupaten MimikaNasionalPolkamUncategorized

Ketika Harmoni Menjadi Kompas Daerah: Mimika Mengajar Indonesia Tentang Damai”

78
×

Ketika Harmoni Menjadi Kompas Daerah: Mimika Mengajar Indonesia Tentang Damai”

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

JAKARTA |LINTASTIMOR.ID)-
Di jantung birokrasi yang kerap disesaki angka, aturan, dan laporan, Mimika justru hadir membawa sesuatu yang lebih lembut—harmoni. Dan pada sore yang tenang di Kemendagri, penghargaan IHAI 2025 itu menjadi penanda bahwa sebuah daerah di timur Indonesia tengah mengajari negara cara menjaga damai.

Jakarta selalu punya cara membuat segala sesuatu terasa administratif. Tetapi ketika Bupati Mimika, Johannes Rettob, melangkah memasuki gedung Kementerian Dalam Negeri pada Selasa, 10 Desember 2025, ada sesuatu yang berbeda: kehadirannya membawa cerita tentang daerah yang memilih bersandar pada harmoni sebagai strategi pembangunan.

Example 300x600

Di hadapan Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri, Dr. Drs. Bahtiar, M.Si, sebuah piagam diserahkan—bukan sekadar penghargaan, tetapi pengakuan atas keberhasilan Pengukuran Mandiri Indeks Harmoni Indonesia (IHAI) oleh Kabupaten Mimika. Pengukuran yang dilakukan oleh lebih dari 350 daerah ini menguji empat dimensi penting: ekonomi, sosial, budaya, dan keberagamaan. Dan Mimika berdiri di barisan paling depan.

Bupati Rettob menyebut penghargaan ini sebagai bukti kerja sama seluruh masyarakat. Ia tidak berbicara tentang proyek besar atau infrastruktur megah; ia menyebut tentang sesuatu yang lebih mendasar:

“Penghargaan ini milik seluruh masyarakat Mimika—yang menjaga kerukunan, saling memelihara, dan saling menghormati.”

Dalam sudut pandang administrasi negara, harmoni adalah prasyarat utama stabilitas. Tanpa stabilitas, pembangunan tidak mungkin melaju. Namun dalam perspektif sastra, harmoni adalah narasi yang hidup di antara manusia—dalam pasar, rumah ibadah, ruang rapat adat, hingga sekolah-sekolah kampung. Dan di Mimika, keduanya bertemu.

Sebelum penghargaan ini, Mimika lebih dulu dinobatkan sebagai Juara 1 Daerah Paling Harmoni dalam Harmony Award 2025 oleh Kementerian Agama RI. Dua piagam ini bukan kebetulan. Ia adalah jejak panjang daerah yang belajar menyikapi perbedaan sebagai kekayaan.

Keberagaman suku-suku Papua, para pendatang dari nusantara, hingga pekerja dari berbagai negara, menjadikan Mimika laboratorium sosial yang sibuk. Tetapi justru di situ, Bupati Rettob melihat fondasi pembangunan:

“Keberagaman adalah kekuatan kami. Dari situlah pembangunan Mimika berdiri.”

IHAI 2025 memberi Indonesia cermin: semakin majemuk suatu daerah, semakin besar peluangnya menciptakan harmoni—jika dikelola dengan baik. Administrasi negara yang cerdas tidak hanya bekerja pada meja rapat, tetapi juga menyentuh denyut sosial masyarakatnya.

Di sisi lain, daerah lain juga menyusul jejak positif ini: Batam, Tulang Bawang, dan Jember—masing-masing membuktikan bahwa harmoni dapat diraih, diukur, dan ditingkatkan. Angka responden 1.250 bukan sekadar statistik; itu adalah suara publik yang diangkat menjadi dasar kebijakan.

Mimika kini bukan hanya deretan nama dalam daftar penerima penghargaan. Ia telah menjadi contoh. Menunjukkan bahwa damai bukan hadiah, melainkan hasil kerja bersama: pemerintah, adat, agama, komunitas, dan warganya sendiri.

Di antara hiruk pikuk administrasi nasional, Mimika menulis satu pelajaran penting:
bahwa suatu daerah akan maju bukan semata karena betonnya, tetapi karena kekuatan yang tidak terlihat—harmoninya.

Dan hari itu, di Kemendagri, pelajaran itu akhirnya mendapatkan bentuk: sebuah piagam, sebuah pengakuan, dan sebuah cerita yang layak dibagikan ke seluruh negeri.

Example 300250