Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
Kabupaten MappiKesehatanNasionalPeristiwaPolkam

Ketika Api Menjadi Ikrar: Upacara Sunyi Menjaga Kampung dari Luka

83
×

Ketika Api Menjadi Ikrar: Upacara Sunyi Menjaga Kampung dari Luka

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

MAPPI |LINTASTIMOR.ID)-
Pagi itu di Mappi, api tidak dipanggil untuk merusak—ia diminta menjadi saksi.

Di halaman Mapolres, cairan pahit dan daun terlarang dilepas dari kuasanya atas manusia. Tidak ada sorak, hanya tekad yang berdiri tegak: bahwa sebuah kota kecil pun berhak atas malam yang aman, dan anak-anaknya berhak tumbuh tanpa bayang-bayang.

Example 300x600

Sebanyak 293 botol minuman keras—179 pabrikan, 114 racikan lokal—dan 2,5 gram ganja tak lagi menjadi cerita gelap yang beredar dari tangan ke tangan.

Jumat itu, Polres Mappi menutup satu bab: barang bukti yang selama ini menggerogoti ketenangan dimusnahkan, disaksikan lintas unsur pemerintah daerah. Transparansi dijadikan panggung; kepercayaan, taruhannya.

Prosesi pemusnahan bukan sekadar prosedur. Ia menyerupai ritus sosial—sebuah pernyataan bahwa hukum tak hanya hadir di meja, tetapi juga di halaman, di mata publik, di nurani.

Miras dituangkan hingga tak bernama; ganja dilenyapkan agar tak lagi memikat. Yang tersisa adalah makna: negara hadir untuk menjaga, bukan menggurui.

Kapolres Mappi, Kompol Suparmin, S.IP., M.H., menegaskan arah langkah ini dengan bahasa yang jernih:
“Kami tidak sedang memusnahkan barang semata, tetapi memutus mata rantai sebab-musabab kejahatan.”
Kalimat itu menempel, sebab semua tahu—banyak perkara lahir dari cairan yang mengaburkan akal dan zat yang menipu keberanian.

Di Mappi, miras sering menjadi api kecil yang membesar menjadi pertikaian; narkoba, bisikan yang merusak sunyi rumah. Karena itu, pemusnahan ini adalah ikrar kolektif: bahwa ketertiban bukan kebetulan, melainkan kerja yang diulang setiap hari. Polisi menjalankan perannya; masyarakat diajak berdiri di sisi yang sama—melaporkan, peduli, menjaga.

Seorang warga yang menyaksikan berbisik pelan, seperti menakar harapannya sendiri:
“Kami ingin malam yang tenang, bukan karena takut, tetapi karena aman.”
Di situlah romantika sosial bekerja—bukan pada janji besar, melainkan pada keberanian merawat yang kecil: lingkungan, tetangga, masa depan.

Api padam. Lubang galian ditutup. Namun pesan hari itu justru menyala lebih lama. Bahwa penegakan hukum yang terbuka adalah bahasa kasih sayang paling tegas. Bahwa kota yang menolak racun sedang menyiapkan ruang bagi tumbuhnya mimpi.

Dan ketika pahit itu benar-benar hilang, Mappi belajar satu hal: menjaga bukan berarti mencurigai semua orang—melainkan mencintai kehidupan cukup dalam untuk berkata, “cukup.”

Example 300250