Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
Kabupaten MappiKabupaten MimikaOtomotifPeristiwa

Jembatan Nabire–Mayon: Sungai yang Disatukan

67
×

Jembatan Nabire–Mayon: Sungai yang Disatukan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

TIMIKA |LINTASTIMOR.ID)-Di Mimika, jembatan bukan sekadar bentang baja—melainkan harapan agar perjalanan tidak lagi terputus di tengah sungai.

 Infrastruktur Pembangunan

Example 300x600

Pada satu pagi di Timika, ruang Ballroom Cendrawasih 66 menjadi tempat sungai, peta, dan masa depan duduk bersama. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Mimika membuka lembar pertama rencana Jembatan Nabire–Mayon, sebuah konstruksi yang kelak menyatukan jarak, memendekkan waktu, dan menenangkan bahaya di alur air.

Asisten III Setda Mimika, Evert Lukas Hindom, berbicara tenang, seolah memahami bahwa infrastruktur tidak lahir dari semen semata, melainkan dari dialog dan kehati-hatian.

“Pertemuan ini untuk memastikan perencanaan matang, komprehensif, dan memenuhi standar keselamatan tertinggi. Kita butuh masukan ahli dan masyarakat.”
Evert Lukas Hindom

Di sisi lain, Kepala Bidang Bina Marga PUPR Mimika, Awaludin Sully, menegaskan bahwa ini bukan sekadar gagasan, tapi tenggat yang harus disambut serius.

“Pembangunan harus selesai 2026. Jembatan yang ada sekarang hanya setengah bentangan dan berbahaya.”
Awaludin Sully

Selama bertahun-tahun, sungai itu menjadi jeda paksa dalam perjalanan. Arus menuntut hati-hati, sementara jembatan lama berhenti setengah, menggantung seperti kalimat yang belum selesai. Sekarang, PUPR berniat menyelesaikannya—dalam angka, dalam baja, dalam beton.

Bentang baru direncanakan 20,60 meter, lebarnya 13 meter, berdiri dengan tiang pancang yang menembus dasar sungai: konstruksi bawah beton bertulang, bagian atas kombinasi baja dan beton. Infrastruktur bukan hanya soal teknik, melainkan keputusan bahwa masyarakat berhak pada kenyamanan perjalanan yang utuh, tidak setengah-setengah.

Awaludin melanjutkan, tidak dengan ambisi berlebih, tetapi dengan kejelasan.

“Jalan Mayon dan Trans Nabire sudah selesai, jadi jembatan ini akan jadi penghubung utama.”

Anggaran memang belum disetujui penuh pada tahun 2026, namun prioritas telah diberi nama. Pergeseran akan diajukan, karena konektivitas tidak boleh tunduk pada ketidakpastian birokrasi.

Distrik Kuala Kencana dan tenaga kerja lokal akan terlibat. Pada titik ini, pembangunan bukan sekadar proyek negara—melainkan pemberdayaan wilayah. Sungai yang dahulu memisahkan akan menjadi ruang perjumpaan baru. Pasar, sekolah, layanan publik, dan kendaraan lintas distrik akan bergerak dengan lebih pasti dari satu sisi ke sisi lain.

Jembatan Nabire–Mayon sedang direncanakan bukan untuk sekadar dilewati, tetapi untuk mengubah cara Mimika memandang batas. Ketika bentang baja dan beton akhirnya terpasang, Mimika tak hanya menyambung jalan—ia menyambung kesempatan, menyatukan aliran ekonomi, dan merapikan alur hidup yang sebelumnya tersendat arus sungai.

Di sungai yang akan dilewati bentang itu, waktu kelak mengalir lebih tenang. Sebab infrastruktur yang baik bukan sekadar bangunan, melainkan janji bahwa perjalanan manusia tidak lagi berhenti di tengah.

Example 300250