PUNCAK |LINTASTIMOR.ID) — Di tanah yang sering hanya disapa dari jauh, Kabupaten Puncak kembali merasakan hangatnya perhatian. Senin, 21 Juli 2025 menjadi hari ketika pemerintah, masyarakat, dan TNI berjalan dalam satu langkah: menghadirkan harapan di jantung pedalaman.
Dalam kunjungan kerja yang berlangsung di Kampung Tapulinik, Distrik Sinak, Bupati Puncak Elvis Tabuni, SE, MM datang bukan hanya sebagai pemimpin, tetapi sebagai pengemban amanat rakyat. Didampingi jajaran Forkopimda dan dikawal Satgas Yonif 700/WYC, ia menyerahkan Dana Kampung Tahap I sekaligus membawa sembako bagi ribuan warga empat distrik: Sinak, Sinak Barat, Mage’abume, dan Yugumuak.
Momen itu bukan sekadar seremonial; ia adalah percakapan panjang antara negara dan rakyat di wilayah yang kerap dirajam sunyi.
“Dana ini untuk pembangunan. Jangan disalahgunakan. Gunakan demi kesejahteraan dan kemajuan kampung kita,” tegas Bupati Elvis Tabuni di hadapan 2.000 warga.
Sebelum tiba di Tapulinik, rombongan disambut penuh adat di Bandara Tigiles Sinak, dilanjutkan dengan tradisi bakar batu di Lapangan Gudang Logistik BNPB—sebuah penanda bahwa kunjungan ini bukan kunjungan biasa, melainkan penghormatan pada nilai-nilai lokal yang dijaga turun-temurun.
Di tengah dialog aspiratif itu, Bupati juga menyinggung nasib para pengungsi yang hingga kini masih tersebar di beberapa wilayah terdampak konflik. Ia berjanji pemerintah akan mempercepat program rumah layak huni serta bantuan kemanusiaan lain yang mereka butuhkan.
Tidak hanya pemerintah daerah yang bersuara. Unsur Forkopimda seperti Dandim 1717/Puncak Letkol Inf Himawan Adi Susanto dan Kapolres Puncak Kompol M. Marpaung mengingatkan pentingnya menjaga stabilitas keamanan demi kelancaran pembangunan.
“Kami TNI-Polri siap hadir di tengah masyarakat, menjaga keamanan dan mendukung pembangunan. Jangan ada lagi dana yang jatuh ke tangan OPM,” tegas Dandim.
TNI: Mengawal dengan Hati, Mengabdi tanpa Jarak
Satgas Yonif 700/WYC hadir sebagai penjaga sekaligus sahabat masyarakat. Dipimpin Kapten Inf Finsa Wahyu dan Letda Kes Akbar, mereka memastikan setiap tahap kegiatan berjalan aman: pengamanan jalur, distribusi logistik, hingga membaur bersama warga dalam suasana yang bersahaja.
“Kami hadir bukan hanya untuk menjaga, tapi untuk mendampingi rakyat dalam setiap langkah pembangunan,” ujar Kapten Inf Finsa Wahyu.
Dialog, penyerahan bantuan, doa bersama—semua itu menjadi rangkaian yang meneguhkan tekad bahwa pembangunan di Puncak tidak akan dibiarkan berhenti oleh jarak, keterbatasan, atau ancaman konflik.
Ketika sore turun perlahan di Tapulinik, masyarakat menutup acara dengan syukur. Di balik wajah-wajah lelah yang menanti perubahan, tersimpan harapan baru: bahwa pembangunan bukan lagi janji yang datang dari ibu kota, melainkan langkah nyata yang hadir di depan mata mereka.
Di pedalaman Puncak, harapan kini punya jejak. Dan jejak itu ditapaki bersama—pemerintah, rakyat, dan mereka yang menjaga dari garis terdepan.
















