Scroll untuk baca artikel
Dirgahayu Indonesia 80
Example 728x250
BeritaEnglish RoomPeristiwa

Jalur SoE–Oeekam–Fatukopa Terancam Putus, Warga Gelisah Menanti Perbaikan

659
×

Jalur SoE–Oeekam–Fatukopa Terancam Putus, Warga Gelisah Menanti Perbaikan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

SOE, [LINTASTIMOR.ID] — Jalan raya yang menghubungkan SoE–Oeekam–Fatukopa–Fatumolo–Ayotupas–Toianas–Kokbaun, Kabupaten Timor Tengah Selatan, kini kian menganga. Retakan memanjang, tebing tergerus, sebagian badan jalan ambruk ke jurang. Jika musim hujan tiba tanpa perbaikan, jalur vital ini bisa putus total, meninggalkan ribuan warga terisolasi.

“Kalo tidak ada perbaikan, musim hujan nanti bisa putus total,” tutur Maxi Taniu, warga setempat, dengan nada cemas.

Example 300x600

Jalan Retak, Hati Warga Pun Retak

Bagi masyarakat TTS, jalur ini bukan sekadar aspal. Ia nadi ekonomi, jalur anak sekolah, jalan menuju kebun, dan penghubung antarkampung. Ketika retakan menganga, hati warga pun ikut retak.

“The road is our lifeline. Without it, we are cut off, like islands on the mainland,” ucap Maxi lirih.

“Questa strada è la nostra vita. Senza di essa, siamo isolati, come villaggi sospesi,” tambahnya dalam nuansa Italia.


Musim Hujan: Ancaman yang Menghantui

Masyarakat hanya bisa menatap dengan gelisah. Mereka tahu, hujan sebentar lagi datang, membawa air deras yang bisa melumat sisa jalan.

“Quand la pluie viendra, la route disparaîtra. Nous avons peur, mais nous attendons,” ungkapnya dalam bahasa Prancis.
“Dispela rot em i bagarap pinis, sapos ren i kam bikpela moa, em bai lus olgeta,” kata warga lain dalam bahasa Papua.

Dan dalam bahasa hati orang Amanatun:
“Onaf mesi, mes le’u. Anaf na’at nahunin, meti loe nekat. Inan meti manain,” — artinya: Jika hujan datang, jalan akan hilang. Kami hanya bisa berharap dan menunggu.


Jeritan dari Perbatasan Pegunungan

Jalan ini adalah denyut hidup bagi wilayah pegunungan Amanatun dan Amanuban. Ia penghubung antara pusat kabupaten dengan kampung-kampung di lereng dan lembah. Setiap retakan bukan hanya luka pada aspal, tapi juga jeritan tentang betapa rapuhnya perhatian pembangunan di daerah perbatasan.

“Kami berharap pemerintah segera turun tangan. Jangan tunggu sampai semuanya putus baru bergerak,” pinta Maxi Taniu.


Epilog

Di bawah terik matahari SoE, jalan retak itu seperti menunggu waktu. Warga berdiri di tepi, menatap jurang yang kian melebar. Mereka tak hanya menunggu perbaikan, tapi juga menanti janji: bahwa hidup di perbatasan tidak harus selalu berarti hidup dalam keterisolasian.

LINTASTIMOR.ID — Menyuarakan Kebenaran dari Perbatasan untuk Dunia


 

Example 300250