Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
BeritaKabupaten Mappi

IRLH Mimika 4,80%: Sebuah Cermin yang Tak Bisa Dikesampingkan

60
×

IRLH Mimika 4,80%: Sebuah Cermin yang Tak Bisa Dikesampingkan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Di Mimika, angka 4,80% bukan sekadar statistik—ia adalah alarm, nada rendah yang memanggil pemerintah dan warga untuk kembali menafsir ulang arti merawat tanah sendiri.

TIMIKA |LINTASTIMOR.ID) — Di tengah hiruk-pikuk pembangunan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mimika meluncurkan hasil Indeks Respon Lingkungan Hidup (IRLH) 2025 dan program kolaboratif bertajuk Mitra Hijau Mimika Rumah Kita, Senin (8/12). Acara dibuka oleh Staf Ahli Bupati bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan, Innosensius Yoga Pribadi, yang menyatakan bahwa IRLH adalah cermin yang jujur—meski pantulan di dalamnya pahit dan membuat kita menahan napas.

Example 300x600

“Kita memiliki kekayaan alam yang luar biasa, tetapi tantangan kita juga luar biasa: sampah, pencemaran, dan tekanan pembangunan. IRLH menjadi ukuran, seberapa siap kita mengelola yang kita punya. Nilai kita baru 4,80%—jauh di bawah IRLH kawasan Amerika yang tahun lalu mencapai 82,12%,” kata Yoga, tenang namun tegas, seakan menyerahkan fakta itu kepada publik tanpa lapisan gula.

Angka itu mengguncang bukan karena rendah, tetapi karena mengingatkan. Bahwa di tanah yang hijau, suara mesin lebih nyaring ketimbang desir hutan. Bahwa kota tumbuh cepat, sementara kesadaran ekologis tertinggal dalam bayang-byang.

IRLH: Bukan Arsip, tapi Napas Lingkungan

Sekretaris DLH Mimika, Michael Alik Lembang, dalam paparannya menegaskan bahwa IRLH bukan sekadar tabel kerja, bukan laporan tahunan yang menguning di rak birokrasi.

“IRLH berfokus pada hasil nyata: kualitas udara, tutupan hijau, penurunan pencemaran. Bukan hanya kegiatan administratif. Semua indikator—perencanaan kebijakan, anggaran, kapasitas SDM, hingga keterlibatan publik—dinilai secara terbuka, dan akan diumumkan terbuka,” ujarnya, menegaskan transparansi sebagai landasan.

Di titik ini, Mimika bukan hanya dinilai sebagai kota, tetapi sebagai organisme: apakah ia bernafas dengan oksigen cukup? Apakah hutan masih memeluknya? Apakah laut masih bersih sebagai rumah ikan?

Mitra Hijau: Ruang yang Menyembuhkan

Peluncuran program Mitra Hijau Mimika Rumah Kita menjadi jawaban awal dari pemerintah—bukan menyapu kekurangan, tetapi menandai langkah pulang kepada alam. Program ini menggandeng CSR perusahaan, sekolah, komunitas, dan seluruh elemen publik untuk membangun ruang hijau linear di sepanjang jalan utama kota.

Ruang hijau itu bukan tempelan dekoratif. Ia diproyeksikan sebagai pelindung kualitas udara, pengendali panas kota, penyangga keselamatan jalan, dan pembasuh visual yang lelah oleh beton.

“Ini adalah gerakan bersama. Kita butuh partisipasi semua. Tindakan sekecil mengurangi plastik dan menanam pohon adalah kontribusi nyata,” tambah Yoga—kali ini bukan sebagai pejabat, tetapi sebagai warga yang turut bertanggung jawab atas bumi yang ditinggal mewaris.

Refleksi: Di Mana Kita Berdiri?

Nilai IRLH 4,80% bukan penghukuman. Ia adalah titik koordinat, peta moral agar Mimika tak kehilangan hutan lebih cepat dari kesadaran, agar laut tak kian keruh sebelum mata sempat menyesal.

Ketika dunia menuntut komitmen hijau, Mimika memilih untuk mulai lagi: menanam, menata ulang, menata hati, menata kebijakan.

Karena pada akhirnya, lingkungan bukan aset—melainkan rumah. Dan rumah, sesederhana apa pun, harus dibersihkan, dirawat, dan dicintai.

(Redaksi)

Example 300250