JAKARTA,|LINTASTIMOR.ID)—
Di sebuah malam selepas tarawih, ketika Jakarta mereda dari hiruk-pikuknya, Prof. Dr. KH. Sutan Nasomal berbicara dengan nada yang lebih mirip ajakan pulang: pulang pada akhlak, pada kesadaran, pada kebesaran Tuhan. Dari ruang kecil di Kalisari—tempat lahirnya Organisasi Masyarakat Komite Mantan Preman Indonesia Istighfar (KOMPII)—ia menyerukan kembali mimpinya yang telah dirawat sejak tahun 2000.
KOMPII, yang ia dirikan dua dekade lalu, bukan sekadar organisasi. Dalam pandangannya, itu adalah rumah pulang bagi para mantan narapidana dan preman jalanan, tempat mereka menata diri, menyadari masa lalu, dan kembali berdiri sebagai manusia berakhlak.
“Kami ingin mereka menjadi bagian dari masyarakat yang taat aturan, mendukung penegakan hukum, berjalan bersama aparatur negara dan para tokoh lintas agama hingga akhir zaman,”
— Prof. Dr. KH. Sutan Nasomal
Misi itu terus ia gaungkan: membina, menyadarkan, menuntun. Visi utamanya sederhana namun berat: menjadikan setiap mantan preman hidup halal, meninggalkan kelam masa lalu, dan kembali sebagai warga yang berguna bagi bangsa.
Namun perjalanan Sutan Nasomal tidak berhenti pada lahirnya KOMPII.
Ia melangkah lebih jauh ketika mendirikan Partai Oposisi Merdeka (POM) pada 19 Februari 2019—sebuah kendaraan politik yang menurutnya diperlukan agar perjuangan moral itu menemukan ruang di panggung kebijakan negara.
Sebagai Ketua Umum sekaligus Presiden POM, ia mengajak seluruh rakyat Indonesia, termasuk para mantan narapidana, preman, atau siapa pun yang percaya pada perubahan, untuk bergabung dalam struktur POM—dari DPW provinsi hingga DPD kabupaten/kota.
“Kami ingin partai ini kelak menjadi penguasa, masuk dalam pemerintahan, agar bisa berbuat untuk rakyat—adil, makmur, dan diperhitungkan dunia,”
— Sutan Nasomal
Baginya, POM bukan gagasan politis semata, melainkan gerakan kesejahteraan. Sebuah partai yang, ia tegaskan, mengutamakan pembinaan dan kesejahteraan tanpa memandang latar belakang siapa pun.
“Partai Oposisi Merdeka harus membuat dunia takjub—bahwa Indonesia bisa kuat, bersih, sejahtera, dan disegani.”
— Sutan Nasomal
Visi POM:
Membela dan mensejahterakan rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, menghapus kemiskinan, dan mengembalikan martabat bangsa.
Misi POM:
Mewujudkan pemerintahan adil yang berpihak pada rakyat, menekan harga pangan, memastikan swasembada, menjaga keamanan, menegakkan hukum tanpa pandang bulu, serta memiskinkan setiap pelaku korupsi sebagai efek jera.
Kantor pusat POM berdiri di Jalan Raya Kalisari 65, Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Dari sana, Sutan Nasomal kembali membuka pintu bagi siapa pun yang ingin menjadi bagian dari gerakan ini. Pendaftaran pengurus DPW dan DPD dapat dilakukan melalui Pioneer Call Center 0811-8419-260 atau surat ke PO BOX 136 CBI Bogor 16900, Jawa Barat.
Pada akhirnya, seruan Sutan Nasomal bukan sekadar ajakan politik. Ia lebih mirip doa panjang seorang pendidik jalanan—yang percaya bahwa setiap manusia, betapapun kelamnya masa lalu, selalu memiliki kesempatan untuk menjadi terang bagi dirinya dan bagi bangsa.
Dan mungkin, di malam itu, setelah tarawih, ajakan itu kembali bergema:
Istighfar, bangkit, dan bergabung dalam jalan perubahan.
















