TIMIKA, [LINTASTIMOR.ID] – Di tengah geliat pembangunan infrastruktur ekonomi yang terus tumbuh, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Mimika menegaskan bahwa kehadiran pasar bukan hanya simbol fisik, melainkan pusat denyut kehidupan masyarakat distrik.
Kepala Disperindag Mimika, Petrus Pali Ambaa, menyampaikan hal ini dalam temu media di Graha Eme Neme Yauware, Rabu, 6 Agustus 2025. Ia menyerukan dengan nada tegas namun bernas, bahwa setiap pemerintah distrik memiliki tanggung jawab penuh dalam mengoperasikan dan menghidupkan pasar-pasar yang telah dibangun di wilayahnya.
“Pasar itu bukan hanya bangunan. Ia adalah ruang hidup masyarakat. Setelah selesai dibangun, kami serahkan sepenuhnya kepada distrik. Di sana harus ada nyawa: pengelolaan, pengaturan, dan pemeliharaan. Itu tugas distrik,” ungkap Petrus, menyisipkan makna dalam setiap jeda katanya.
Ia menambahkan, pasar yang berfungsi aktif akan mempercepat sirkulasi ekonomi dan menghidupkan interaksi sosial-ekonomi masyarakat di tingkat bawah. Sebab pasar adalah tempat di mana hasil bumi, keringat, dan harapan bertemu.
“Jika pasar hidup, ekonomi pun berdenyut. Perputaran uang tak lagi hanya berkisar di pusat kota. Kami bangun untuk masyarakat, distrik yang harus menghidupkannya,” tuturnya.
Meski demikian, Petrus tidak menutup mata terhadap kenyataan di lapangan. Ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap sejumlah pasar yang hingga kini belum berfungsi maksimal, seperti Pasar Mapurujaya, Pasar di Distrik Wania SP4, dan beberapa lainnya.
“Sayang sekali. Di beberapa tempat, bangunan itu seolah tidur. Padahal ia dibangun untuk jadi pelita ekonomi. Ini pekerjaan rumah untuk distrik: bangunkan dan hidupkan pasar-pasar itu,” ucapnya dengan nada lirih namun mengandung tekanan.
Disperindag, lanjutnya, hanya bertugas membangun dan menyerahkan. Semua urusan operasional menjadi tanggung jawab penuh dari pihak distrik—mulai dari pengaktifan, pengelolaan kios, hingga kebersihan dan keamanan.
Dengan harapan yang masih tersimpan rapi di deretan bangunan pasar yang belum terjamah aktivitas, Petrus menutup pesannya dengan nada ajakan:
“Jangan biarkan pasar menjadi sunyi. Di sanalah denyut ekonomi rakyat bisa berdetak—dan masa depan bisa dimulai dari sebuah meja jualan yang sederhana.”