Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
Kabupaten MimikaNasionalPolkam

Di Usia ke-68, Pertamina Memeluk Timur: Doa, Air Mata Bahagia, dan 375 Senyum Anak Yatim

5
×

Di Usia ke-68, Pertamina Memeluk Timur: Doa, Air Mata Bahagia, dan 375 Senyum Anak Yatim

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

PAPUA |LINTASTIMOR.ID)-Ulang tahun tak selalu tentang kue dan tepuk tangan.
Di timur Indonesia, pada usia ke-68, Pertamina memilih merayakan hidup dengan memeluk yang paling sunyi: anak-anak yatim di panti asuhan.
Di sanalah doa-doa kecil dilangitkan, air mata bahagia jatuh perlahan, dan harapan tumbuh—di antara buku tulis, tas sekolah, serta tangan-tangan yang saling menggenggam.

Momentum itu dirajut oleh Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, yang menggelar syukuran bersama 375 anak yatim dari delapan panti asuhan di Jayapura, Merauke, Ternate, Ambon, dan Tual. Bukan sekadar seremoni, melainkan perjalanan batin—menyusuri kota, pulau, dan hati manusia.

Example 300x600

“Hari ini bukan tentang kami, tetapi tentang rasa syukur dan kebahagiaan yang ingin kami bagi,”
ujar Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, Awan Raharjo, dengan nada yang lebih lembut dari pidato resmi.

Santunan dan perlengkapan sekolah diserahkan sebagai tanda cinta—sebuah pesan sunyi bahwa negara dan korporasi masih punya ruang empati.
Bagi anak-anak, hadiah itu bukan sekadar barang, melainkan pengakuan: bahwa mereka dilihat dan diperhatikan.

Dari Holtekamp hingga Tual: Jejak Cinta di Delapan Panti

Langkah Pertamina Patra Niaga menyentuh delapan rumah harapan:
Panti Asuhan Pembawa Terang (Holtekamp), Harapan Kita (Sentani), Muhammadiyah (Abepura), Air Mata Mama (Dok 8), Kartini (Merauke), Al Muslih (Ternate), Yayasan Al Madinah (Ambon), hingga Bhakti Luhur Loon di pulau kecil Tual.

Di setiap panti, doa bersama dilangitkan—untuk keselamatan Pertamina dalam menjalankan amanah energi, dan untuk saudara-saudara sebangsa yang sedang diuji bencana alam.

“Selain bantuan nyata dan pemulihan distribusi energi, doa adalah kekuatan yang tak boleh kita tinggalkan,”
tutur Awan Raharjo, lirih namun tegas.

Syukur yang Sampai ke Pulau Kecil

Di Tual, jauh dari hiruk-pikuk kota besar, syukuran itu terasa lebih khusyuk.
St. Theresia, Pengurus Panti Asuhan Bhakti Luhur Loon, menatap anak-anaknya dengan mata berkaca.

“Mereka mungkin kurang beruntung hari ini, tetapi kami selalu menanamkan keyakinan: suatu saat mereka bisa lebih hebat dari kita,”
ucapnya, sembari tersenyum.

Kata-kata itu menggema—tentang pendidikan, mimpi, dan masa depan yang tidak boleh patah hanya karena garis takdir yang berbeda.

Ketika Anak-Anak Ikut Mendoakan Negeri

Di Sentani, Morgan Daulay, Ketua Yayasan Panti Asuhan Harapan Kita, menyebut kehadiran Pertamina sebagai penyambung harapan.

“Ini bukan sekadar bantuan materi, tapi perhatian yang membuat anak-anak merasa berharga,” katanya.

Sementara dari suara paling jujur—suara anak-anak—Morinde Morim menyampaikan doa sederhana namun tulus:

“Kami senang Pertamina rayakan ulang tahun bersama kami. Semoga Pertamina semakin maju dan diberkati Tuhan,” ucapnya polos.
“Selamat ulang tahun ke-68. Tuhan Yesus memberkati.”

Ulang Tahun yang Menjadi Perjalanan Kemanusiaan

Di usia ke-68, Pertamina tidak hanya menyalakan energi untuk negeri, tetapi juga menyalakan harapan di hati anak-anak timur Indonesia.
Karena sejatinya, perusahaan besar bukan hanya diukur dari distribusi dan angka,
melainkan dari seberapa dalam ia mampu menyentuh sisi paling manusiawi bangsanya.

Dan di hari itu, di panti-panti sederhana, Pertamina memilih untuk hadir sebagai sesama manusia.

Example 300250
Penulis: Redaksi Lintastimor.idEditor: Agustinus Bobe