MIMIKA |LINTASTIMOR.ID)—
Hujan belum reda ketika sebatang pohon tumbang menutup seluruh badan Jalan Poros Mapuru Jaya KM 12. Senja yang mestinya tenang berubah menjadi antrean panjang kendaraan yang tak bisa bergerak. Di tengah gelap yang basah, langkah-langkah prajurit Brigif 20/IJK/3 Kostrad datang seperti jawaban atas keresahan warga.
Mereka berjumlah tiga puluh orang, dipimpin oleh Pelda Hardin. Tanpa banyak bicara, mereka menyalakan senso, menghunus parang, dan memasuki gelap hutan yang menenggelamkan badan jalan itu. Cahaya lampu kendaraan menimang wajah-wajah yang fokus, sementara percikan kayu beterbangan seperti serpih cerita dari malam Mapuru Jaya.
❝Kami hanya ingin memastikan jalan ini kembali hidup, dan masyarakat bisa pulang dengan tenang,❞
— Pelda Hardin.
Pukul 19.54 WIT mereka tiba; pukul 20.18 WIT pekerjaan selesai. Di antara hujan, suara mesin, dan tanah basah, para prajurit itu mengangkat batang pohon seperti mengangkat beban kekhawatiran warga. Jalan kembali terbuka, kendaraan kembali bergerak, dan malam pun pulih dari kecemasannya.
Kecepatan dan ketulusan aksi ini bukan sekadar kerja teknis—melainkan refleksi dari komitmen Brigif 20/IJK/3 Kostrad untuk hadir di samping masyarakat pada saat paling mereka butuhkan. Di Mapuru Jaya, malam itu, yang disingkirkan bukan hanya pohon tumbang. Tetapi juga kegelisahan.
















