Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
Hukum & KriminalKabupaten MimikaNasionalPeristiwaPolkam

Delapan Anggota OPM Tumbang di Bawah Langkah Tegas Aparat: Patroli Menjelang HUT ke-80 RI Jadi Panggung Pertaruhan Nyawa

21
×

Delapan Anggota OPM Tumbang di Bawah Langkah Tegas Aparat: Patroli Menjelang HUT ke-80 RI Jadi Panggung Pertaruhan Nyawa

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

TIMIKA |LINTASTIMOR.ID)  –
Di tanah yang sering dibungkus kabut dan bisikan senjata, derap langkah pasukan menyusuri hutan Papua bukan sekadar patroli. Ia adalah pernyataan: negara hadir, meski di ujung paling sunyi. Menjelang Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, Komando Operasi (Koops) Habema menggelar operasi penyisiran di titik-titik rawan, di mana suara burung sering kalah oleh denting pelatuk.

Serangkaian kontak senjata tak terelakkan. Kelompok Separatis Bersenjata (OPM) memilih membuka api terlebih dahulu, namun keteguhan aparat membalas dengan disiplin dan prosedur hukum yang terukur. Dalam tiga hari penyisiran, delapan anggota OPM dilumpuhkan—beberapa dikenal sebagai figur penting dalam jaringan mereka.

Example 300x600

8 Agustus 2025 – Distrik Mewoluk, Puncak Jaya
Langkah pasukan berhenti di Kampung Biak. Informasi intelijen menyebut lokasi ini menjadi persembunyian jaringan Tenggamati Enumbi, nama yang sudah lama terpatri di daftar buruan polisi sejak 2014, terkait penyerangan Pos Polisi Kulirik. Saat mendekat, kilatan moncong senjata menyambar dari balik pepohonan.

Kontak senjata meletus. Tiga anggota OPM tumbang, salah satunya diduga Enumbi sendiri. Barang bukti yang tersisa di tanah basah: dua pucuk pistol P1 Pindad, dua radio komunikasi, puluhan amunisi, bendera Bintang Kejora, telepon genggam, hingga perlengkapan tempur.


11 Agustus 2025 – Kampung Mamba, Intan Jaya
Di wilayah Kodap VIII Kemabu, perlawanan kembali terjadi. Peluru menemukan sasarannya: Dece Mujijau, Danyon Titigi dan tangan kanan Sabinus Waker, tewas di tempat. Dua lainnya, Daume Maeseni dan Sabinus Joani, terluka. Dari tangan mereka, aparat mengamankan amunisi, tas, telepon, dan kalung OPM—simbol yang kini tak lagi bertenaga.


12 Agustus 2025 – Kampung Eknemba, Intan Jaya
Serangan balasan OPM digagalkan. Teleginus Maiseni, Danwil Mamba, dan ajudannya, Seprianus Maiseni, meregang nyawa di tanah sendiri. Gelang, cincin perak, dan sarung tangan yang mereka kenakan menjadi saksi bisu bahwa perlawanan mereka berhenti di sini.


Analisis Situasi
Serangkaian peristiwa ini menegaskan satu hal: OPM tak sekadar menolak keberadaan negara, mereka menantang kedaulatan dengan senjata. Intimidasi terhadap warga dan gangguan terhadap pembangunan menjadi pola yang berulang. Namun, di balik deru senjata, ada prinsip hukum yang tetap dijaga: tindakan aparat adalah respons atas ancaman, bukan awal dari kekerasan.


Pangkoops Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, menegaskan:

“Rangkaian penyisiran ini bukan sekadar operasi militer, melainkan pesan bahwa negara tidak akan membiarkan rakyatnya hidup dalam bayang-bayang teror. Kami akan terus menjaga stabilitas keamanan, melindungi masyarakat, dan memastikan perayaan kemerdekaan tahun ini berlangsung aman, damai, dan penuh semangat kebangsaan.”

Di tengah hutan Papua, kemerdekaan bukan hanya dirayakan dengan bendera di tiang. Ia diperjuangkan dengan keberanian, disiplin, dan keyakinan bahwa setiap jengkal tanah republik ini, betapapun jauhnya, tetap berada dalam pelukan Merah Putih.


 

Example 300250