Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
Gaya HidupHiburanKabupaten MimikaPeristiwaPolkam

Dari Pelukan Kabut Tembagapura, Cinta Tanah Air Dinyanyikan dalam Parade Budaya Indonesia

115
×

Dari Pelukan Kabut Tembagapura, Cinta Tanah Air Dinyanyikan dalam Parade Budaya Indonesia

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

TIMIKA, [LINTASTIMOR.ID]
Di pelukan kabut pegunungan Ridge Camp, pada ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut, ribuan karyawan PT Freeport Indonesia merangkai nyanyian cinta bagi Ibu Pertiwi lewat “Parade Budaya Indonesia” dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia. Sabtu pagi itu, 2 Agustus 2025, bukan sekadar perayaan—ia menjelma peluk haru dalam rupa tarian, warna, dan suara yang berasal dari sabang hingga merauke.

Di jantung tambang yang tak pernah tidur, keberagaman justru menjadi irama yang mempersatukan. Di antara dentuman alat berat dan gemuruh mesin, ribuan insan dari berbagai penjuru negeri bersatu dalam satu ritus: menghormati tanah air dengan cara mereka yang paling tulus—mengenang budaya asal, dan merayakan perbedaan sebagai anugerah.

Example 300x600

“Keberagaman yang dimiliki Indonesia adalah kekuatan yang harus dirangkul. Melalui Parade Budaya Indonesia, kami ingin menunjukkan bahwa perbedaan bukan untuk ditakuti, melainkan dirayakan sebagai alasan kita untuk terus bersama,” ungkap Carl Tauran, Executive Vice President Site Operations sekaligus Kepala Teknik Tambang PTFI, yang menyaksikan langsung parade di Ridge Camp, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.

Parade ini mengusung tema “Miniatur Indonesia”. Tiap komunitas karyawan merepresentasikan kekayaan budaya dari tanah kelahiran mereka—dari Jawa Timur yang mengusung Reog Ponorogo, Kalimantan dengan petikan Sape yang magis, Bali yang lembut dengan gamelannya, hingga Nusa Tenggara Timur dan Maluku yang membungkus tanah Ridge Camp dengan aroma kampung halaman.

Busana adat lengkap, topi bulu, kain ulos, dan noken yang dirajut dengan sabar berpadu menjadi simfoni visual yang menawan. Mereka tidak hanya berjalan, tapi menuturkan kisah—tentang asal-usul, tentang kebanggaan, dan tentang cinta yang tetap berakar meski kaki berpijak di tanah yang jauh dari rumah.

Rode Ajomi, Ketua Panitia HUT RI ke-80 di PTFI, menjelaskan bahwa Ridge Camp bukan sekadar tempat tinggal—melainkan rumah bagi lebih dari 12.000 karyawan dari berbagai divisi seperti Underground Mine, Concentrating, Operations Maintenance, hingga Grasberg Earthworks.

“Di sini, kami tak hanya bekerja. Kami hidup bersama. Melalui parade ini, kami ingin menjadikan keberagaman sebagai simbol persatuan Indonesia. Dari tanah Papua, kami ingin menyampaikan pesan bahwa Indonesia itu indah karena berbeda,” ujar Rode.

Salah satu penampilan yang mencuri perhatian adalah kolaborasi Divisi Mining Safety dan Perkumpulan Keluarga Batak Tembagapura (PKBT). Mereka mengusung “Owlie Ulos”—sebuah maskot keselamatan berbudaya. Seekor burung hantu yang bijak, dibalut kain ulos, melambangkan produktivitas, kewaspadaan, dan penghormatan pada warisan leluhur.

Sementara itu, Divisi Grasberg Earthworks berkolaborasi dengan Paguyuban Papua menampilkan kekayaan kultural lokal. Noken—tas rajut khas Papua—muncul bukan sekadar benda, melainkan sebagai filosofi. Ia adalah rajutan kesabaran, lambang gotong royong, dan wadah kolektif yang menyatukan langkah-langkah kecil menuju mimpi besar: Indonesia yang bersatu.

“Saya melihat setiap karyawan menunjukkan rasa hormat dan kekagumannya atas perbedaan suku, budaya, dan bahasa yang ada di area operasi PTFI. Ini menjadi gambaran nyata kedaulatan Indonesia dari tanah Papua,” tutur Ida Nekwek, karyawan Divisi Grasberg Earthworks, lirih tapi penuh makna.

Parade Budaya di Ridge Camp hanyalah awal dari rentetan kegiatan nasionalisme di seluruh wilayah kerja PTFI. Di Tembagapura, pentas budaya digelar bersama warga Kampung Banti. Di Ayuka dan Tipuka berlangsung aksi bersih kampung dan bakti sosial. Di Nabire, ribuan anak mendapatkan edukasi dan pemeriksaan mata gratis serta digelar operasi katarak massal. Sementara di Gresik, semangat kemerdekaan dirayakan lewat donor darah, pelatihan digital untuk UMKM, hingga konser bertajuk “Melodi Tembaga Nusantara”.

Puncaknya, tanggal 17 Agustus 2025, upacara peringatan kemerdekaan akan digelar serentak di lima titik lokasi PTFI—dari Papua hingga Gresik dan Jakarta. Ribuan karyawan dan kontraktor bersatu menyanyikan Indonesia Raya, meneguhkan bahwa meski jarak memisah, semangat tetap satu.

Dari langit yang berselimut kabut, dari tanah tambang yang sibuk, dari para pekerja yang tak kenal lelah—terbit harapan: bahwa keberagaman bukan ancaman, melainkan kekuatan yang menjadikan Indonesia tetap tegak berdiri.

“Kami di sini bekerja untuk tanah ini, tapi juga berkarya untuk Indonesia. Dari tambang kami menggali bukan hanya tembaga, tapi juga cinta pada negeri,” ucap salah satu peserta parade sambil menenteng noken dan menatap langit.

Dari Ridge Camp, gema cinta untuk Indonesia dilantunkan dengan penuh kebanggaan—bukan lewat senjata, tapi lewat budaya. Sebab kemerdekaan tak hanya diraih dengan perjuangan, tapi juga dirawat dengan persatuan.


 

Example 300250