PAPUA |LINTASTIMOR ID) — Hujan yang tak henti, angin yang mengguncang daratan, hingga gelombang laut yang meninggi menjadi tantangan nyata bagi distribusi energi di Papua dan Maluku jelang akhir tahun.
Di tengah cuaca yang tak bersahabat itu, Pertamina Patra Niaga Papua Maluku menegaskan satu hal: energi untuk masyarakat tak boleh terputus.
Dalam esai reflektif yang diwarnai cuaca ekstrem dan dinamika wilayah timur, upaya menjaga ketahanan energi bukan sekadar teknis logistik, tetapi komitmen moral—kepada warga, kepada wilayah kepulauan yang luas, dan kepada kebutuhan hidup sehari-hari.
“Wilayah Papua dan Maluku distribusi energinya sangat bergantung pada ketepatan perencanaan. Dengan perubahan cuaca yang tidak menentu, kami telah menyiapkan kehandalan sarfas dan langkah tambahan untuk memastikan ketersediaan energi, apalagi menjelang libur akhir tahun,” ujar Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Papua Maluku.
Ketahanan stok per 13 November masih dalam status aman: Pertalite 21 hari, Pertamax 24 hari, Solar 16 hari, minyak tanah 15 hari, Avtur 15 hari, dan LPG mencapai 92 hari. Angka-angka itu terus bergerak, dipengaruhi kondisi distribusi masuk ke terminal maupun volume yang keluar. Namun prinsipnya jelas: stok tidak boleh turun ke level rawan.
Di balik layar, armada laut dan darat bekerja tanpa jeda. Dua puluh satu kapal bergerak menembus cuaca yang kerap berubah drastis, mengisi 21 Fuel Terminal yang tersebar di Papua–Maluku. Di darat, sekitar 290 mobil tanki, dua unit skid tank, serta 44 armada bridger Avtur di 12 bandara menjadi tulang punggung pendistribusian.
“Selain stok, kami saat ini mengecek seluruh kehandalan dan kesehatan sarana transportasi, karena inilah tulang punggung distribusi. Keamanan dan keselamatan adalah komitmen yang tidak bisa kami tawar,” tegas Awan.
Di tengah segala kesiapan itu, Pertamina Patra Niaga tetap membuka pintu partisipasi publik. Warga diminta melaporkan kendala atau kebutuhan layanan energi melalui Pertamina Contact Center 135, agar setiap situasi di lapangan dapat direspons cepat.
Akhir tahun di Papua dan Maluku selalu menghadirkan tantangan. Namun, selama perencanaan matang dan kolaborasi berjalan, energi yang menggerakkan hidup masyarakat tidak akan padam—meski langit sedang gelap.
















