TIMIKA |LINTASTIMOR.ID)
Di tengah langit Timika yang lembut sore itu, warna kuning Partai Golkar kembali berpendar terang. Dari ruang Musda Papua Tengah, lahir semangat baru—dan seorang nakhoda baru: Dr. Soedeson Tandra.
Musyawarah Daerah (Musda) II Partai Golkar Provinsi Papua Tengah, Jumat (7/11/2025), bukan sekadar pertemuan politik. Ia terasa seperti perayaan jiwa—pertemuan antara sejarah dan harapan.
Di aula yang berhias bendera kuning, tepuk tangan membahana ketika nama Dr. Soedeson Tandra, S.H., M.Hum disebut sebagai Ketua DPD Partai Golkar Papua Tengah. Tak ada pertentangan. Tak ada suara lain. Hanya satu kata yang mengalir dengan lantang: aklamasi.
“Saya tidak main-main. Tahun 2029, target saya sebagai Ketua Umum Partai Golkar—kita rebut kembali kejayaan,”
— Bahlil Lahadalia, Ketua Umum DPP Partai Golkar.
Bahlil berbicara dengan nada tegas, tapi matanya menyiratkan nostalgia. Ia tahu, Golkar pernah punya akar yang kuat di tanah Papua. Ia juga tahu, kejayaan itu pernah meredup, dan kini saatnya menyala kembali.
“Dulu Papua ini Golkar. Jadi jangan kau merasa asing, ini seperti anak yang hilang pulang ke rumah lagi,”
— ujarnya, disambut gemuruh tepuk tangan kader.
Sementara itu, Soedeson Tandra berdiri dengan sikap tenang. Wajahnya menampakkan rasa syukur dan tanggung jawab yang besar. Bagi banyak kader, ia bukan hanya pemimpin baru, melainkan simbol harapan: sosok yang diharapkan mampu membawa Golkar kembali menjadi suara mayoritas di Papua Tengah.
Bahlil tak lupa menitip pesan. Ia mengingatkan, kemenangan tak datang dari slogan, melainkan dari kerja dan kesetiaan. Ia ingin para kader segera turun ke masyarakat, mendengar suara rakyat, dan membawa kembali keyakinan bahwa Golkar adalah rumah politik yang ramah dan terbuka.
“Buat program kerja yang baik, bangun komunikasi yang tulus. Setelah ini, turunlah ke kabupaten, ke kota. Saya akan bersama kalian merebut kembali kejayaan Partai Golkar,”
— kata Bahlil penuh energi.
Di sisi lain, Mariunus Tandiseno, Ketua Panitia Musda II, menyampaikan target yang lebih konkret—perolehan kursi di parlemen. Ia ingin mimpi besar itu tak berhenti di ruang rapat.
“Kita harus mempertahankan kursi yang ada, bahkan menambahnya. Di DPR Provinsi, terutama Dapil 5, minimal dua sampai tiga kursi. Tidak boleh satu lagi!”
— tegas Mariunus, dengan senyum yakin.
Ia menambahkan, jalan menuju kemenangan ada pada komunikasi dan kerja kolektif. Bukan soal siapa berasal dari mana, tapi siapa yang paling tulus turun dan menyapa rakyat.
“Kita harus kembali ke masyarakat. Suara rakyat itu suara Golkar. Kembalikan kejayaan!”
— tutup Mariunus dengan nada bergetar.
Malam turun perlahan di Timika. Di halaman hotel tempat Musda digelar, bendera kuning masih berkibar lembut, seolah menari di hembusan angin. Di sanalah harapan baru Partai Golkar lahir—hangat, romantis, dan penuh makna:
anak yang hilang akhirnya pulang, membawa cahaya kejayaan yang dulu sempat padam.
















