TIMIKA, [LINTASTIMOR.ID] – Dalam suasana yang sarat keprihatinan akan arah tata kelola pendidikan, Bupati Mimika, Johannes Rettob, menyampaikan seruan penting yang menggugah. Di hadapan jajaran Pemerintah Daerah, ia menegaskan komitmennya untuk merawat integritas birokrasi dan memastikan mutu pendidikan tidak lagi dikorbankan oleh praktik administrasi yang menyimpang.
“Nota tugas bukan segalanya, dan tak bisa menggantikan kekuatan hukum dari sebuah Surat Keputusan. Kita butuh sistem, bukan sekadar kebiasaan,” ujar Johannes, Rabu, 6 Agustus 2025, dengan nada tenang namun penuh penekanan.
Ia meminta Dinas Pendidikan (Disdik) Mimika untuk segera menghentikan penerbitan nota tugas bagi guru maupun kepala sekolah—praktik yang selama ini kerap disalahgunakan dan tidak berdasar pada mekanisme hukum yang sah.
Menurutnya, mutasi guru atau perpindahan antar sekolah bukan sekadar permainan surat menyurat, melainkan proses penting yang menyangkut masa depan generasi. “Semua harus dimulai dari usulan resmi kepada Bupati, lalu dikaji oleh BKD dan Bagian Organisasi. Setiap langkah harus transparan, akuntabel, dan mengacu pada sistem yang berlaku,” jelasnya.
Tak hanya soal administrasi, Johannes juga menaruh perhatian besar pada kualitas kepemimpinan di sekolah. Ia menekankan bahwa jabatan kepala sekolah harus diemban oleh mereka yang memiliki sertifikasi dan kapasitas yang layak.
“Kita butuh pemimpin sekolah yang bukan hanya mengerti kurikulum, tapi juga memahami jiwa murid dan dinamika guru. Pendidikan bukan sekadar angka, tapi cahaya yang harus dijaga,” ucapnya lirih.
Himbauan itu juga mencerminkan kepeduliannya terhadap kesejahteraan guru. Ia menginstruksikan Disdik Mimika untuk segera menuntaskan pembayaran gaji guru yang tertunda. Baginya, ketulusan mengabdi para guru harus dibalas dengan penghargaan yang setimpal.
“Kesejahteraan guru adalah wajah dari pemerintah yang manusiawi. Jika mereka dibiarkan terkatung dalam ketidakpastian, bagaimana mungkin mereka bisa mendidik dengan hati yang utuh?” kata Johannes menyentuh relung nurani.
Mengakhiri pesannya, ia menegaskan bahwa fokus pembangunan pendidikan di Mimika harus berpihak pada kualitas, bukan semata kuantitas. Dengan tata kelola yang tertib dan penghargaan terhadap profesionalisme, ia yakin masa depan pendidikan Mimika bisa lebih bersinar.
“Ini bukan sekadar himbauan. Ini ajakan untuk bersama menjemput masa depan—dengan langkah bersih, niat tulus, dan komitmen yang tak setengah hati,” pungkasnya.