NABIRE, [LINTASTIMOR.ID] — Di tengah langit Papua Tengah yang bersahaja, satu pertemuan hangat terjalin di Kabupaten Nabire. Brigjen TNI Frits W.R. Pelamonia, Komandan Korem 173/PVB, hadir bukan dengan barisan pasukan, melainkan dengan hati yang terbuka dan tangan yang membagikan kasih: tali asih untuk para tokoh agama dan tokoh masyarakat. Rabu (30/7/2025), menjadi hari penuh makna tentang sinergi, kedamaian, dan harapan.
Acara itu bukan sekadar seremonial. Di balik gestur pemberian tali asih, tersembunyi penghormatan mendalam atas dedikasi para tokoh yang selama ini setia menjaga harmoni di tengah keberagaman Nabire. Mereka adalah garda tenang yang menyulam kebersamaan di tanah yang plural ini—tanpa senjata, tapi dengan doa dan kearifan lokal.
“Tali asih ini bukan semata pemberian materi. Ia adalah lambang hormat, simpul kasih dari kami kepada bapak-ibu sekalian. Peran para tokoh sangat besar menjaga keharmonisan dan kedamaian. Kita jaga damai ini bersama,” ungkap Brigjen TNI Frits W.R. Pelamonia, dengan nada tulus yang mengundang simpati.
Acara berlangsung dalam suasana hangat dan penuh keakraban. Sejumlah pejabat Korem 173/PVB tampak hadir, berdampingan dengan tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat setempat. Setelah pemberian tali asih secara simbolis, dialog ringan mengalir membahas potensi kolaborasi ke depan: dari isu keamanan, hingga sinergi dalam membangun Nabire yang lebih maju dan harmonis.
Para tokoh yang hadir menyambut langkah Danrem dengan penuh apresiasi. Salah seorang tokoh agama mengatakan, “Apa yang dilakukan Danrem hari ini adalah teladan. Ini bukan hanya soal bantuan, tapi soal hadirnya pemimpin yang mau mendengar dan memahami kami dari dekat.”
Kegiatan ini juga merupakan bagian dari strategi pembinaan komunikasi sosial yang secara konsisten dijalankan oleh Korem 173/PVB—sebagai upaya mempererat kemanunggalan TNI dan rakyat. Dalam pendekatan yang lembut namun mengakar, TNI membuktikan bahwa kekuatan sejati bukan hanya di medan perang, tetapi juga dalam pelukan hangat kebersamaan.
Papua tak hanya butuh pembangunan fisik, tapi juga jembatan hati. Dan hari itu, jembatan itu terasa sangat nyata di Nabire.