Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
KesehatanNasionalPeristiwaPolkam

Bersatu Menjaga Martabat: Dari HIV/AIDS hingga Nol Sampah Plastik

112
×

Bersatu Menjaga Martabat: Dari HIV/AIDS hingga Nol Sampah Plastik

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Di Kota Atambua, kemanusiaan kembali dipanggil pulang: untuk melihat luka, memulihkan martabat, dan merawat bumi tanpa menunda.

ATAMBUA |LINTASTIMOR.ID)-Di bawah langit Desember, Lapangan Umum Atambua tidak sekadar menjadi tempat upacara, melainkan ruang perjumpaan hati—antara hak asasi manusia, keberlanjutan lingkungan, integritas sosial, dan perjuangan melawan stigma HIV/AIDS. Peringatan lintas isu ini menyatu dalam satu napas: “Bersatu untuk Kemanusiaan dan Lingkungan: Bergerak Bersama Melawan HIV/AIDS, Tegakkan Hak Asasi dan Inklusi, serta Wujudkan Aksi Nol Sampah Plastik.”

Wakil Bupati Belu, Vicente Hornai Gonsalves, S.T, membuka kegiatan dengan nada tegas namun menyembuhkan:

Example 300x600

“HIV/AIDS tidak boleh lagi dibungkus stigma dan diskriminasi. Setiap orang berhak atas ruang aman, layanan kesehatan, dan perlindungan.”

Kalimat itu bukan sekadar seruan moral, tetapi koreksi sosial. Data nasional menunjukkan bahwa sebagian besar kasus HIV/AIDS tidak bertambah karena perilaku semata, melainkan karena terlambatnya deteksi, ketakutan untuk berobat, dan tatapan yang menghakimi. Di banyak tempat, stigma lebih mematikan daripada virusnya.

Di sisi lain, catatan HAM mengingatkan kita bahwa peradaban diukur bukan dari seberapa maju fasilitas yang dibangun, tetapi bagaimana manusia diperlakukan.
Vicente menyebutnya sebagai “pilar martabat”:

“Kita menolak segala bentuk pelanggaran HAM dan memastikan kebijakan berdiri di atas harkat manusia.”

Isu kekerasan terhadap perempuan dan anak disebutkan tanpa metafora dan tanpa kompromi. Di kabupaten perbatasan, fakta peradilan dan data layanan sosial masih mencatat pengaduan berkala tentang intimidasi domestik, relasi kuasa yang timpang, serta eksploitasi berbasis gender.
Namun hari itu, kata-kata menjadi pagar:

“Perempuan dan anak berhak hidup tanpa rasa takut, tanpa ancaman, dan tanpa kekerasan dalam bentuk apa pun. Integritas harus menjadi budaya, bukan slogan.”

Inklusi dan Lingkungan: Dua Sayap Kemanusiaan

Barisan peserta hari itu tidak dibatasi oleh kategori. Hadir penyandang disabilitas, komunitas transgender, organisasi perempuan, pelajar, militer perbatasan, BUMN/BUMD, pejabat struktural, hingga tokoh masyarakat. Kemanusiaan tidak diberi sekat administratif; inklusi menjadi kenyataan bukan bahan pidato belaka.

Pesannya jelas: tidak ada martabat yang boleh tertinggal.

Sementara itu, bumi dipanggil kembali ke dapur kesadaran kita. Kampanye Nol Sampah Plastik bukan lagi jargon, melainkan tanda bahwa lingkungan adalah tubuh kedua manusia. Sampah plastik tidak sekadar limbah visual; ia menyusup ke laut, dicerna ikan, kembali ke piring, lalu masuk ke darah manusia sebagai mikroplastik.

Di titik ini, kesehatan dan ekologi bukan dua isu terpisah. Mereka seakar.

Merawat Kemanusiaan, Mengawal Integritas

Peringatan serentak Hari Anti Korupsi, Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak, Hari Disabilitas Internasional, hingga Hari HAM bukan sekadar daftar momentum kalender global. Ia adalah pengingat ritmis bahwa negara bisa kuat hanya jika warganya diperlakukan setara, jika tubuh dilindungi dari diskriminasi, dan jika bumi tidak dibunuh oleh plastik sekali pakai.

Atambua menandai pelajaran itu dengan hening yang berpikir, suara yang berani, dan panggilan moral yang, jika diabaikan, menjelma krisis kemanusiaan baru.

Pada akhirnya, kita kembali pada satu kalimat yang dilantunkan Vicente—pelan namun menusuk:

“Hak asasi adalah wajah kita. Kalau kita merusaknya, kita kehilangan kemanusiaan itu sendiri.”

Di hari ketika banyak isu disatukan, Atambua tidak hanya memperingati—ia memilih merawat.

Example 300250