TIMIKA — [LINTASTIMOR.ID] | Suara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sore itu terdengar mantap di bawah langit mendung Timika. Hujan baru saja reda, menyisakan udara lembab dan jejak lumpur di jalanan menuju lokasi tambang PT Freeport Indonesia (PTFI) — tempat di mana alam baru saja kembali menunjukkan kekuatannya lewat longsor material basah di Papua Tengah.
Di tengah kunjungan kerja dan sela Musyawarah Daerah Partai Golkar, Bahlil menyampaikan pesan tegas yang sekaligus mengandung empati: keselamatan kerja bukan sekadar formalitas, melainkan fondasi moral dan kemanusiaan yang tidak boleh ditawar.
“Keselamatan kerja dan pengelolaan lingkungan yang baik adalah fondasi utama dalam industri pertambangan. Kami mendorong PTFI untuk terus berinovasi dan menerapkan praktik-praktik terbaik dalam hal ini,”
— Bahlil Lahadalia, Menteri ESDM
Ia menekankan bahwa setiap peristiwa, termasuk longsor yang baru terjadi, mesti menjadi bahan renungan dan pembelajaran. Pemerintah, katanya, tidak datang untuk menyalahkan, tetapi untuk memastikan setiap langkah ke depan lebih kuat dan lebih aman.
“Kami percaya PTFI memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga keselamatan para pekerja dan kelestarian lingkungan. Pemerintah siap memberikan dukungan penuh dalam upaya peningkatan ini,” ujarnya lagi.
Bahlil juga mengapresiasi kecepatan tanggapan PTFI dalam penanganan darurat. Semua korban kini telah ditemukan. Namun, di balik rasa lega, ada tekad untuk tidak membiarkan kejadian serupa terulang.
“Kita akan terus memantau dan mengevaluasi situasi di lapangan. Koordinasi dengan pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait lainnya akan terus kami intensifkan,” tegasnya.
Baginya, tambang bukan sekadar pusat produksi mineral, melainkan nadi ekonomi Papua Tengah — sumber harapan bagi ribuan keluarga yang menggantungkan hidup pada industri ini. Maka, menjaga keselamatan di sana berarti menjaga kehidupan itu sendiri.
“Operasional PTFI harus terus berjalan, tapi dengan semangat baru: produksi yang berkelanjutan, manusia yang terlindungi, dan alam yang tetap hidup,”
— Bahlil Lahadalia
Hari itu, kata-kata Bahlil mengalun seperti peringatan sekaligus pengingat: di jantung bumi Papua yang penuh kekayaan, keselamatan bukan sekadar angka dalam laporan, tapi napas dari setiap pekerja yang menambang harapan.
