Jejak Kecil yang Membentuk
KUPANG |LINTASTIMOR.ID)-Di sebuah rumah sederhana di Kupang, seorang gadis kecil tumbuh di tengah kasih keluarga. Namanya Aurum, dari bahasa Latin yang berarti emas. Nama itu bukan sekadar panggilan, melainkan doa panjang yang disematkan oleh orang tuanya: agar ia kelak bersinar, membawa terang bagi banyak orang.
Ayahnya, Drs. Ayub Titu Eki, M.S., Ph.D., adalah pemimpin karismatik yang pernah menjabat Bupati Kabupaten Kupang dua periode (2009–2018). Dari sang ayah, Aurum belajar arti dedikasi. Dari ibunya, ia memetik kelembutan dan kehangatan. Sejak kecil, ia tumbuh dalam nilai kerja keras, ketekunan, dan cinta tanah kelahiran.
Arsitek yang Membaca Dunia
Sebelum dikenal sebagai politisi muda, Aurum adalah seorang arsitek. Ia menempuh pendidikan hingga meraih gelar Magister Arsitektur. Dunia desain membentuk cara berpikirnya: teratur, visioner, dan selalu mencari harmoni.
“Apa pun profesinya, arsitek itu belajar menata ruang. Dan hidup juga begitu—ia adalah ruang yang harus kita tata dengan cinta,” ujarnya suatu kali.
Di kampus, Aurum dikenal sebagai pribadi cerdas, ramah, dan bersahaja. Tak ada jarak di antara dirinya dan teman-temannya.
Langkah Menuju Kepemimpinan
Tahun 2025, nama Aurum menggemparkan jagat politik Nusa Tenggara Timur. Di usia 27 tahun, ia dilantik sebagai Wakil Bupati Kabupaten Kupang periode 2025–2030. Sejarah pun tercatat: Aurum menjadi wakil bupati termuda di seluruh NTT.
Usianya muda, tapi wawasannya matang. Energinya seperti matahari pagi: hangat sekaligus membangkitkan semangat. Dalam rapat-rapat resmi, ia tampil percaya diri. Di lapangan, ia menyapa rakyat dengan senyum yang tak dibuat-buat.
“Bagi saya, memimpin itu bukan soal merasa lebih tinggi. Memimpin adalah tentang mendengar dan merangkul,” tuturnya dengan suara lembut namun penuh keyakinan.
Pesona yang Membius
Banyak yang mengatakan, ada sesuatu yang berbeda saat bertemu Aurum. Tatapannya teduh, senyumnya tulus, tutur katanya sederhana tapi dalam. Ia bisa membuat seorang petani di desa merasa didengarkan, sekaligus membuat seorang pejabat tinggi merasa dihargai.
Dalam dirinya, politik bukan sekadar perebutan kursi, melainkan panggilan hati. Aurum hadir sebagai pemimpin yang memadukan kelembutan seorang perempuan dengan ketegasan seorang pejuang.
Ruang Hati yang Masih Kosong
Di balik semua prestasi dan gelar, Aurum tetaplah seorang perempuan muda. Ia masih menyimpan ruang kosong dalam hidupnya—ruang yang tak bisa diisi oleh jabatan atau popularitas. Hingga kini, ia masih melangkah sendiri, menulis kisahnya tanpa pasangan di sisi.
Barangkali, di antara senyum yang ia berikan pada rakyat, ada doa yang lirih ia bisikkan setiap malam: tentang seseorang yang kelak berani mengetuk pintu jiwanya, mendampingi bukan karena jabatan, melainkan karena cinta.
Kilau Emas yang Abadi
Aurum Obe Titu Eki adalah simbol generasi baru NTT. Muda, cerdas, energik, penuh kasih. Ia bukan sekadar pemimpin, ia adalah cahaya yang memberi harapan.
Dan siapa pun yang berjumpa dengannya akan tahu: emas sejati tak perlu berkilau mencolok. Ia bersinar dengan caranya sendiri—tenang, anggun, dan abadi.