Scroll untuk baca artikel
Dirgahayu Indonesia 80
Example 728x250
BeritaGaya HidupKabupaten MimikaNasionalPeristiwaPolkam

Aspirasi dari Jantung Agimuga: Masyarakat Satukan Suara untuk Pemekaran Kabupaten

12
×

Aspirasi dari Jantung Agimuga: Masyarakat Satukan Suara untuk Pemekaran Kabupaten

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

MIMIKA [LINTASTIMOR.ID] – Suara dari Perbatasan untuk Perdamaian Dunia.
Langit Agimuga pagi itu seakan ikut menyambut. Di Bandara kecil, derap kaki para penari adat suku Amungme membuka ruang perjumpaan yang penuh makna. Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP) Papua Tengah, Agustinus Anggaibak, S.M., bersama sejumlah anggota, tiba dengan langkah yang bukan sekadar perjalanan protokol—melainkan pulang kampung, pulang menyapa akar.

Pengalungan noken di leher Ketua MRP menjadi tanda: anak adat kembali diterima dengan kasih. Lalu, di Kampung Aramsolki, suara masyarakat berpadu dalam forum sederhana namun sarat makna. Mereka bicara, mereka berharap, dan mereka menitipkan mimpi untuk tanah Agimuga.

Example 300x600

“Kedatangan saya sebagai ketua bersama sejumlah anggota MRP adalah murni mendengar aspirasi masyarakat Distrik Agimuga—tentang pembangunan, pemekaran kabupaten, hingga blok migas. Saya pulang untuk mendengar suara tanah ini,” ujar Agustinus Anggaibak, penuh rasa haru sebagai anak asli Agimuga.

Dari kursi kayu sederhana, Simon Kelanangame, tokoh masyarakat Kampung Kiliarma, angkat bicara. Kata-katanya lirih tapi bergetar, menggores hati setiap yang mendengarnya.

“Distrik Agimuga ini tertua di Mimika, tapi pembangunan tertinggal jauh dari distrik-distrik baru. Tolong, bapak ketua, tolong lebih ditingkatkan. Kami tidak akan pernah menolak pembangunan,” ungkapnya, dengan mata menatap lurus ke wajah para pemimpin adat.

Nada yang sama lahir dari pemuda Simon Anggaibak, suaranya keras, seperti genderang yang memanggil masa depan.

“Pemekaran Kabupaten Agimuga adalah harga mati. Dengan pemekaran, kami bisa membangun tanah kami sendiri,” tegasnya.

Puncaknya, Kepala Suku Besar Agimuga, Hasan Kemong, menutup seluruh rangkaian suara dengan ketegasan yang tak terbantahkan.

“Distrik Agimuga harus dimekarkan menjadi Kabupaten Agimuga. Ini harga mati dan tidak bisa ditawar lagi,” ucapnya, dan seketika disambut sorak dukungan seluruh masyarakat yang hadir.

Suasana pertemuan berubah menjadi ruang sakral—tempat rakyat dan pemimpin adat menyatukan tekad. Tidak ada jarak, hanya ada harapan bersama.

Sebelum meninggalkan tanah leluhur, Ketua dan anggota MRP menyerahkan bantuan berupa beras, minyak goreng, dan mie instan. Namun lebih dari sekadar sembako, yang tertinggal di hati masyarakat adalah rasa: bahwa suara mereka telah didengar, bahwa Agimuga tidak lagi berjalan sendiri.


 

Example 300250
Penulis: Redaksi Lintastimor.idEditor: Agustinus Bobe