▌“Anggaran hanyalah angka—sampai ia menyentuh hidup manusia.”▐
MIMIKA |LINTASTIMOR.ID)-Rapat Paripurna IV Masa Sidang III DPRK Mimika, Kamis (27/11/2025), menutup satu bab penting perjalanan politik dan fiskal Kabupaten Mimika. Di lantai III ruang paripurna—ruang yang saban tahun menjadi arena bagi tafsir masa depan daerah—delapan fraksi DPRK akhirnya mengunci komitmen bersama: menetapkan APBD 2026 senilai Rp5,644 triliun. Angka yang besar, namun beban harapannya jauh lebih besar.
Dalam sidang yang dipimpin Ketua DPRK Mimika Primus Natikapraeyau, ketukan palu bukan hanya tanda persetujuan, melainkan tanda berakhirnya satu fase panjang perdebatan. Primus menegaskan bahwa proses tersebut bukan sekadar rangkaian formalitas.
▌“Pandangan fraksi bukan ritual, tetapi cermin kedewasaan politik kita.”▐
Di antara lembar-lembar anggaran itu, Primus kembali mengingatkan: APBD adalah kompas, bukan tumpukan angka. Ia harus berpihak pada rakyat—pada ruang kelas yang lebih layak, layanan kesehatan yang lebih manusiawi, dan jalan-jalan yang menghubungkan harapan dari kampung ke kota.
Wakil Bupati Mimika Emanuel Kemong melanjutkan suasana reflektif tersebut. Ia menyampaikan apresiasi dan menegaskan kembali posisi eksekutif sebagai mitra strategis DPRK.
▌“Kami dan DPRK berdiri sejajar—mengawal pembangunan dengan nurani dan data.”▐
Kemong menjelaskan bahwa kebijakan APBD 2026 berangkat dari nota kesepakatan bersama: mengutamakan kesejahteraan, pemerataan, dan pembangunan berkelanjutan. Setelah disahkan, dokumen anggaran ini segera dikirim ke Provinsi Papua Tengah untuk evaluasi. Harapannya, Januari 2026 seluruh program sudah bisa bergerak tanpa hambatan birokrasi.
Namun, sebagaimana setiap anggaran publik, APBD juga mengandung paradoks. Ia mampu menjadi alat pemerataan, tetapi juga dapat menjadi etalase kompromi. Semua bergantung pada bagaimana ia dijalankan.
Maka ucapan penutup Kemong tidak sekadar doa, tapi juga peringatan:
▌“Semoga APBD 2026 benar-benar menyentuh kesejahteraan masyarakat Mimika yang kita cintai bersama.”▐
Pada akhirnya, rakyat tidak akan mengingat angka triliun, melainkan seberapa nyata perubahan yang mereka rasakan. Seberapa dekat anggaran itu menjembatani kesenjangan, dan seberapa jauh ia mengantar Mimika menuju masa depan yang lebih terang.
Jika anggaran adalah janji, maka 2026 adalah panggung pembuktiannya.
















