KUPANG |LINTASTIMOR.ID)— Senja di Kelurahan Alak sore itu seolah menjadi saksi hadirnya “air kehidupan” bagi warga. Di tengah aroma tanah yang mulai basah dan senyum yang merekah, Gubernur Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Laka Lena, meresmikan Sumur Bor Air Bersih yang dibangun atas inisiatif Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Selasa (12/8/2025).
Bagi Gubernur Melki, air bersih bukan sekadar urusan teknis, melainkan bagian dari perjuangan panjang menjaga kehidupan. “Air itu bukan hanya soal kebutuhan, tapi juga soal perjuangan. Masih banyak masyarakat yang harus berjalan berkilo-kilo meter untuk mendapatkannya. Kehadiran sumur bor ini adalah berkat yang nyata bagi NTT,” ungkapnya, suaranya berpadu dengan riuh tepuk tangan warga.
Ia menegaskan, ketersediaan air bersih adalah faktor penting dalam meningkatkan derajat kesehatan, kualitas hidup, sekaligus menjadi indikator keberhasilan pengentasan kemiskinan dan stunting.
Dengan prasarana air minum dan sanitasi yang baik, produktivitas masyarakat pun akan terdongkrak, tidak hanya di rumah tangga, tapi juga di sektor peternakan dan perkebunan.
Yang membuat momen ini istimewa, kata Gubernur Melki, adalah keterlibatan PPATK yang selama ini dikenal bekerja di balik layar mengawasi transaksi keuangan dan memutus aliran dana ilegal.
“Acaranya dengan PPATK, tapi urusannya air bersih. Itu luar biasa. Terima kasih untuk Pak Kepala PPATK yang telah membawa berkat bagi masyarakat di sini,” tuturnya.
Kepala PPATK, Ivan Yustiavandana, menyebut bahwa kepedulian kepada masyarakat NTT menjadi alasan utama pihaknya menghadirkan layanan air bersih di berbagai titik di provinsi ini.
“Kami berharap sumur bor ini membantu warga dalam banyak hal, dari kebutuhan rumah tangga hingga usaha kecil. Tolong dijaga, karena ini adalah milik kita bersama,” pesannya.
Ucapan syukur pun mengalir dari warga. Om Pe’u, tokoh setempat, mengaku lega karena kini warga tak perlu lagi membeli air tangki seharga Rp 100 ribu sekali isi. “Sekarang air ada di dekat kita. Tidak lagi menunggu, tidak lagi khawatir. Ini jawaban dari doa-doa kami,” katanya dengan mata berbinar.
Di Alak, air bukan sekadar cairan yang menghapus dahaga—ia adalah harapan yang mengalir, menghubungkan hati-hati yang pernah haus dengan masa depan yang lebih sejuk.